April24th, 2019 - Sehingga tanah akan mendapatkan beban yang sangat berat namun tanah tidak mampu menopangnya Dampak Tanah Longsor Dampak terjadinya tanah longsor dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif 1 Dampak Positif Tanah Longsor Mampu meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga alam ketika terjadi tanah
Connection timed out Error code 522 2023-06-16 112032 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d82a9457a681e7d • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Bencana tanah longsor telah menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat hampir setiap tahunnya terutama saat memasuki musim penghujan. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor sebanyak 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2484 orang tewas. Walaupun rawan terhadap bencana tanah longsor, pengetahuan masyarakat di Indonesia mengenai bencana ini cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya bahan pendidikan atau media pembelajaran yang menarik di masyarakat mengenai bencana dan mitigasinya. Dalam hal ini Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG membuat media pembelajaran melalui penerbitan buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK sampai SMA. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini. Media pembelajaran melalui buku ilmiah populer ini akan mengenalkan kepada anak-anak tentang; 1 Bagaimana bencana datang dan ciri-ciri daerah rentan bencana itu; 2 Apa tindakan yang harus dilakukan saat melihat/ merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3 Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan bencana di kemudian hari. Kedua buku ini disampaikan secara sederhana, menarik dan informatif yang disesuaikan dengan minat anak-anak usia TK – SMA dalam bentuk komik dan buku yang berwarna serta penuh gambar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 17-24 Hal 17 BUKU MENGENAL TANAH LONGSOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BENCANA SEJAK DINI Yukni Arifianti Sari Bencana tanah longsor telah menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat hampir setiap tahunnya terutama saat memasuki musim penghujan. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor sebanyak 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2484 orang tewas. Walaupun rawan terhadap bencana tanah longsor, pengetahuan masyarakat di Indonesia mengenai bencana ini cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya bahan pendidikan atau media pembelajaran yang menarik di masyarakat mengenai bencana dan mitigasinya. Dalam hal ini Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG membuat media pembelajaran melalui penerbitan buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK sampai SMA. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini. Media pembelajaran melalui buku ilmiah populer ini akan mengenalkan kepada anak-anak tentang; 1 Bagaimana bencana datang dan ciri-ciri daerah rentan bencana itu; 2 Apa tindakan yang harus dilakukan saat melihat/ merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3 Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan bencana di kemudian hari. Kedua buku ini disampaikan secara sederhana, menarik dan informatif yang disesuaikan dengan minat anak-anak usia TK – SMA dalam bentuk komik dan buku yang berwarna serta penuh gambar. Kata Kunci Longsor, Buku, Media, Pembelajaran, Bencana Pendahuluan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk. Konsekuensi dari tubrukan tersebut adalah terbentuknya jalur gunungapi di Indonesia. Keberadaan jalur gunungapi ini menyebabkan pada beberapa wilayah Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng landai hingga terjal. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki potensi bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Bencana tanah longsor bersifat lokal, namun banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Dalam jangka waktu lama, bencana tanah longsor menyebabkan lebih banyak kerugian dibandingkan bencana lain. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat memasuki musim penghujan terutama di daerah-daerah perbukitan terjal. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor pada 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa mencapai 2484 orang tewas Gambar 1 PVMBG, 2012. Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko bencana. Terkait hal tersebut pemerintah melaksanakan penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana PRB dengan landasan hukum UU RI no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana’. Keberadaan UU RI no. 24 tahun 2007 ini telah mengubah pola pikir penanganan bencana menjadi penanggulangan bencana yang lebih menitikberatkan pada upaya-upaya sebelum terjadinya bencana Gambar 2. Penanggulangan bencana tidak hanya berorientasi pada saat tanggap darurat, melainkan dilakukan sebelum pra bencana, pada saat terjadi bencana dan setelah pasca bencana. Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Hal 18 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 18-24 Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015 menyatakan salah satu prioritas dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana PRB adalah pentingnya menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat Astuti, dkk., 2010. Di sini peran sekolah sebagai institusi pendidikan sangatlah strategis, terkait pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Hal ini pun sesuai dengan tema yang diangkat United Nations International Strategy for Disaster Reduction UN ISDR dalam hari pengurangan risiko bencana sedunia 2007 yaitu “Institutionalizing Integrated Disaster Risk Management At School”. Tema ini terlahir dari harapan untuk mengurangi risiko bencana melalui pengenalan sejak dini tentang risiko-risiko bencana kepada siswa-siswa sekolah dan bagaimana membangun kesiapsiagaan bencana Akbar, 2010. Gambar 1. Statistik jumlah kejadian tanah longsor dan jumlah korban jiwa akibat bencana tanah longsor dalam kurun waktu 2005 – 2011 PVMBG, 2012. Gambar 2. Ilustrasi yang menggambarkan upaya penanggulangan bencana. Tindakan PRB dapat dilakukan jika ada penumbuhan pola pikir sadar terhadap ancaman bencana bagi masyarakat sekitar lokasi rawan bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagi cara dan salah satunya adalah melalui kegiatan pendidikan mitigasi bencana kepada para siswa di sekolah-sekolah. Pendidikan mitigasi bencana ini tidak perlu masuk ke dalam kurikulum tetapi bisa berupa kurikulum lokal dalam bentuk suplemen buku, dalam hal Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 19-24 Hal 19 ini mengenai bencana tanah longsor. Buku ini dibuat untuk memberikan sosialisasi pengetahuan tentang bencana tanah longsor sedini mungki. Diharapkan media pembelajaran ini bisa menjadi bekal yang cukup untuk mempelajari dan memberdayakan budaya mitigasi bencana baik sebelum, saat dan pasca bencana secara optimal. Pembelajaran Bencana Sejak Dini Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling berisiko terkena bencana. Selain kondisinya yang memang sudah rentan, tingginya risiko bencana terhadap anak-anak salah satunya disebabkan oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko bencana yang berada di sekeliling mereka. Pengetahuan dan pemahaman yang rendah terhadap risiko bencana ini kemudian berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Penanggulangan bencana yang baik harus terintegrasi ke dalam sektor pendidikan, karena pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Kegiatan pengintegrasian ini bisa dimulai sejak dini dimulai yaitu anak-anak di jenjang TK-SD sampai jenjang SMP-SMA. Penanggulangan bencana sejak dini di Jepang dapat menjadi contoh untuk mengkampanyekan upaya meminimalisasi kerugian akibat bencana. Dalam mempersiapkan diri guna menghadapi bencana alam, Jepang menerapkan standar keamanan yang sangat tinggi. Hampir semua penduduk telah dilatih sejak usia dini dalam hal mengatasi keadaan darurat. Hal ini bisa diterapkan pula di Indonesia dengan menjadikan bencana sebagai materi pembelajaran di sekolah untuk mengenalkan bencana dan mitigasinya. Ini artinya anak-anak yang terbiasa bersinggungan dengan bencana dianggap mampu membuat keputusan dan berperan aktif ketika bencana terjadi, sehingga mereka mengerti bagaimana cara menyelamatkan diri. Anak-anak adalah pemain utama dalam kegiatan pembelajaran sejak dini ini. Kegiatan pembelajaran bencana ini bisa meliputi bagaimana menilai, merencanakan, mengimplementasikan, memantau, dan mengevaluasi serta mempengaruhi teori dan praktik Benson and Bugge, 2006. Buku Sebagai Media Pembelajaran Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan pengorganisasian berbagai komponen dalam upaya mengubah siswa mencapai suatu kondisi yang lebih meningkat secara positif. Untuk mencapai sasaran pembelajaran dibutuhkan banyak persyaratan menyangkut materi, dalam hal ini materi yang meliputi bahan ajar atau medianya Sutjiono, 2005. Lemahnya pemahaman anak tentang bencana dan mitigasinya di sekolah formal lebih disebabkan karena pesan yang disampaikan oleh media pembelajaran yang ada tidak menarik, monoton dan tidak mengasah aspek keterampilan dan sikap anak. Padahal pesan pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Syarat utama tentunya materi bahasan disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak yaitu dari tingkat TK sampai SMA. Kemudian, pemilihan isi dan gaya penyampaian pesan mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada anak-anak. Selain itu harus merangsang siswa memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru. Terakhir, bisa mengaktifkan anak dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong anak-anak untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Agar media pembelajaran bermanfaat secara optimal, maka dipilih media yang tepat, cost/biaya, pembaruan, dukungan, dan teknologi. Buku merupakan media yang tepat karena memenuhi unsur-unsur tersebut. Buku mudah diakses oleh semua kalangan, tidak memerlukan media lain untuk mengaksesnya sehingga biaya pengadaannya menjadi lebih murah dan dengan adanya dukungan pengadaan dari pemerintah sebagai penyelenggara pembelajaran maka masalah akses, biaya, dukungan dan kebaruan bisa teratasi sekaligus. Maka Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menerbitkan dua buah buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK-SMA. Teknologi dalam hal ini terkait dengan sifat media buku tersebut. Buku merupakan media visual. Seseorang akan belajar secara maksimal Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Hal 20 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 20-24 jika berinteraksi dengan stimulus yang cocok dengan gaya belajarnya. Materi atau media yang bersifat visual antara lain dapat berbentuk peta, foto, ilustrasi gambar, diagram, poster, atau pun komik Waluyanto, 2010. Buku yang di dalamnya mengandung banyak materi visual sebagai media pembelajaran dipandang efektif untuk pembelajaran. Perpaduan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti dan alurnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Buku sebagai media pembelajaran, selain ringan juga mampu menyampaikan informasi secara jelas, runtut, dan menyenangkan. Buku Mengenal Tanah Longsor Buku mengenai bencana tanah longsor di masyarakat umum, sebagai contoh di toko-toko buku atau di lembaga-lembaga pendidikan tidak mudah didapatkan. Kalau pun ada, buku-buku tersebut Gambar 3, baik dalam bentuk komik ataupun tulisan yang dipadu dengan ilustrasi-ilustrasi gambar, bukan merupakan buku yang bisa diakses dengan gratis. Adapun buku yang bisa didapatkan dengan cuma-cuma, media penyebarannya dalam bentuk e-book buku elektronik, artinya masyarakat harus mencetak atau memperbanyak sendiri. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG mengupayakan suatu kegiatan agar masyarakat mendapatkan akses buku mengenai bencana tanah longsor secara gratis tanpa harus memperbanyaknya sendiri. Sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bencana, PVMBG pada tahun 2010 menerbitkan dua buah buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK-SMA. Edisi keduanya terbit pada tahun 2011. Buku tanah longsor untuk tingkat TK dan SD berjudul “Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor”, sedangkan untuk tingkat SMP-SMA “Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” Gambar 4. Gambar 3. Beberapa contoh buku mengenai bencana tanah longsor. Gambar 4. Buku tanah longsor untuk tingkat TK – SD Kiri; Buku tanah longsor untuk tingkat SMP – SMA Kanan Yukni, 2011. Kedua buku ini mencantumkan sedikitnya empat pokok pikiran 1 Apa itu bencana, 2 ciri-ciri daerah rentan bencana, gejala awal atau tanda-tanda bencana akan terjadi, 3 tindakan darurat yang dilakukan saat tanda-tanda akan terjadinya bencana muncul dan 4 upaya praktis sebelum, saat dan pasca bencana untuk meminimalkan bencana. Buku “Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” dibuat dalam bentuk komik Gambar 5. Di sini dijelaskan apa, kapan dan bagaimana bencana longsor itu terjadi dan jenis longsoran. Selanjutnya dikenalkan penyebab terjadinya Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 21-24 Hal 21 longsoran dan tanda-tanda tanah longsor. Buku disampaikan secara ringan, tidak bertele-tele dan jumlah halamannya sedikit, terdiri dari 20 halaman. Ini memungkinkan siswa untuk bisa lebih menyerap apa yang disampaikan dalam buku tersebut. Gambar 5. Buku tanah longsor dengan format komik Yukni, 2011. Buku “Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” dibuat dengan format tulisan dipadu ilustrasi-ilustrasi gambar dan foto Gambar 6. Penjelasan yang terdapat dalam buku sama dengan buku untuk tingkat TK-SD. Perbedaannya, penjelasan yang disampaikan buku yang berjumlah 30 halaman ini lebih detail. Walaupun detail, isinya tetap memakai bahasa yang mudah dipahami dan gambar yang menarik. Gambar 6. Buku tanah longsor dengan format tulisan dipadu ilustrasi gambar dan foto Yukni, 2011. Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Hal 22 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 22-24 Buku untuk tingkat SMP – SMA ini juga memaparkan strategi mitigasi bencana tanah longsor yang dilakukan pemerintah melalui PVMBG Gambar 7. Strategi mitigasi bencana tanah longsor tersebut antara lain • Pemetaan, menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana. • Penyelidikan, mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah. • Pemeriksaan, melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya. • Pemantauan, dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomidan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. • Sosialisasi, memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau masyarakat umum, tentang bencana tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara seperti menerbitkan buku tentang bencana, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah. Gambar 7. Strategi mitigasi tanah longsor di PVMBG yang dituangkan dalam buku tingkat SMP- SMA Yukni, 2011. Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 23-24 Hal 23 Buku ini disiapkan sebagai buku ilmiah populer yang disampaikan secara sederhana. Daya tariknya terletak pada pewarnaan yang bagus, teks yang mudah dipahami, gambar yang menarik dan ditunjang kertasnya yang cukup berkualitas. Buku mengenal tanah longsor dengan ukuran 24,3 cm x 17 cm ini dianggap praktis sebagai buku-buku panduan. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, buku ini mampu berperan sebagai media pembelajaran yang baik tentang konsep mitigasi bencana sejak usia dini. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini. Buku-buku ini sebagai media pembelajaran tentunya tidak hanya diperuntukkan untuk anak-anak, namun bisa digunakan pihak lainnya, seperti guru, orang tua dan pendidik lainnya sebagai penyampai pesan. Pembelajaran bersama antara anak dengan pihak pendidik akan mengembangkan pembelajaran kualitatif. Jika anak dapat memahami konsep maka akan meningkatkan peluangnya dalam menyelamatkan diri dari bencana, dapat mengenali tanda-tanda peringatan, memahami faktor dasar, mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak sebelum bencana terjadi dan juga bagaimana harus bereaksi pada saat dan setelah bencana. Jika hal ini dapat dicapai maka anak pun kemudian akan mampu dengan sendirinya menilai, merencanakan, mengimplementasikan, dan lain-lainnya. Kesimpulan Jika anak-anak diajarkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, mereka akan membawa perubahan yang signifikan di masyarakat karena mereka adalah masa depan. Pendidikan melalui salah satu medianya yaitu buku merupakan sumber daya untuk menyiapkan anak-anak dalam pembelajaran bencana sejak dini. Buku ini hanya salah satu media, ada banyak media inovatif lainnya yang bisa dikembangkan untuk melengkapi kegiatan pembelajaran bencana. Dengan mengacu pada buku ini, media pembelajaran lainnya bisa diciptakan misalnya film video, permainan puzzle, ular tangga, monopoli, dan alat peraga. Bencana tentunya sesuatu yang tidak kita harapkan. Walaupun rawan terhadap bencana alam, kesadaran mengenai bencana seperti ini cukup rendah di Indonesia. Ini ditunjukkan oleh langkanya media pembelajaran mengenai bencana alam dan mitigasinya yang tersedia bagi masyarakat. Keberadaan buku ini sebagai bagian dari pendidikan kebencanaan. Pembuatan media pembelajaran untuk kesiapan dan mitigasi terhadap bencana alam akan memainkan bagian penting untuk membangun budaya masyarakat sadar, waspada, dan siap menghadapi/ mengantisipasi bencana. Daftar Pustaka Akbar, Setiawan. 2010. Pengembangan Model Sekolah Siaga Bencana melalui Integrasi Pengurangan Risiko Bencana dalam Kurikulum. Jakarta. Konferensi Nasional Sekolah Aman. Astuti, dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana. Jakarta. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Volume 1 Nomor 1. Bambang R., dan Bambang S. 2008. Mengenal Bencana Alam Tanah Longsor. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Benson, and Bugge. 2006. Child-led Disaster Risk Reduction A Practical Guide. Jakarta. Save The Children Foundation. Shone, Rob. Komik Pendidikan Bencana Alam Salju dan Tanah Longsor. Jakarta. Elex Media Komputindo. Sutjiono, Thomas. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur, No. 04/Th. IV/Juli 2005. Hal 76-84. Tessa, dan Wardhani. 2007. Seri Bencana Alam di Indonesia Banjir dan Tanah Longsor. Jakarta. Penerbit Erlangga. Tim Paket Pedoman Umum Penanggulangan Bencana untuk Masyarakat Umum PUPBM. 2007. Tanah Longsor Kisah tentang Peran Masyarakat Desa Saat Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini Yukni Arifianti Hal 24 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 24-24 Terjadi Bencana Tanah Longsor. Jakarta. Yayasan IDEP. Tim Penyusun Seri Komik Bencana Alam. 2008. Mari Belajar tentang Tanah Longsor. Yogyakarta. Penerbit Postmo. UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, 2007. Kesiapan dan Pendidikan Bencana Alam untuk Pembangunan Berkesinambungan. Bangkok. UNESCO. Waluyanto, Heru Dwi. 2010. Komik sebagai Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta. diakses tahun 2012. Yukni, Arifianti. 2011. Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Yukni, Arifianti. 2011. Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. ... The landslide that occurred in Way Krui Sub-district caused along the road is surrounded by mountains or cliffs so that when the heavy rains in a long time then there will be a landslide because the land can not resist the heat of the water. Landslides that occur cause casualties, property loss, and environmental damage [4]. So the disaster that resulted in thousands of casualties loss of property is not something good for human [5]. ...... Selain itu agar siswa dapat membangun sikap kesiapsiagaan terhadap bencana, khususnya erupsi gunung api. Sehingga pembelajaran mitigasi bencana sejak dini yang diberikan di tingkat sekolah dasar adalah langkah awal membangun sikap tanggap bencana Arifianti, 2011 Usaha memberikan pemahaman materi tentang mitigasi bencana erupsi gunung api pada tingkat sekolah dasar dapat diberikan melalui substansi materi IPA. Adanya perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 13 merupakan salah satu usaha pemerintah dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum. ...Ika MevianaNelya Eka Susantip>In science subjects at the elementary school level, the concept of geologi’s disaster can be introduced, such as disaster mitigation, namely volcanic eruption disaster. The purpose of this study was to determine the contents feasibility and the book presentation of disaster mitigation education material. In addition, the purpose of developing textbooks was to determine students' understanding of volcanic eruption disaster mitigation materials. This research was designed with a modified 4-D development design. The 4-D development design stages are Define, Design, Develop, and Disseminate. In this study the 4-D design was modified into three steps, namely Define, Design, Develop. Based on the results of research and discussion, the feasibility of the contents and presentation of the book with Disaster Mitigation education material for grade 5 students after going through a series of processes including the validation from material experts, product presentation, language, graphics, limited trials, and field trials, the product is categorized of having very good quality. The level on students understanding of disaster mitigation education material of grade 5 books as a developed product is seen based on students cognitive and affective aspects. Based on the result of the student work on the post test sheet, the average value obtained by the students is 82,25, it incates that students learning process about the mitigation of volcanic eruption disaster have been completed. The dominant scientific attitude of students are curiosity, gaining new information, and cooperation. These scientific atitudes are reflected in the activities of students who are interested in repeating the experiments and their harmonious work shown by the fact that they can work well together with friend within their group. Keywords development; textbooks; disaster mitigation; volcanoes
A Collect and search for contaminants such as plastic bags and aluminium foil. B. Mix the paper with hot water in a blender which turns it into pulp. C. Screen and filter the pulp to remove smaller contaminants. D. Put the pulp to a large vat to separate the ink from the paper fibres.
Contoh Explanation Text Tentang Tanah Longsor – Bencana tanah longsor sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di daerah pegunungan. Namun, tahukah anda bagaimana tanah longsor dapat terjadi? Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang bagaimana terjadinya tanah longsor dalam sebuah explanation text. Landslide Landslide is a geological process that happen because of the movement of rock mass or soil such as the fall of rocks or clumps of soil which detached from the main section of the mountain or hill. Landslide usually happen in the mountainous areas. Mostly landslides happen because of earthquake that moves the underground plate which caused the element or the subsurface plate displaced, so it is causing fraction and landslide. High rainfall during the rainy season will also caused landslide. Long duration of the rain will occur the water evaporation on the ground surface in large amounts. The evaporation will make pore or soil cavity, then there would be cracks on the ground. When rain falls, the rain will infiltrate the cracks. Then, the water will accumulated at the bottom of the slope and caused lateral movement which occur landslide. Landslide often caused a lot of disadvantages. Landslide can make people lose their house, lands, and properties because buried by the landslide. The worst is the loss of life because they can’t run from the landslide. So, to prevent landslide to happen, start to care about our environtment. We can start by planting tree and do reforestation. Plus, do not throw trash carelessly to keep our environment clean. So, we would prevent flood and landslide during the rainy season. Arti dalam Bahasa Indonesia Tanah Longsor Tanah longsor adalah suatu proses geologi yang terjadi karena pergerakan massa bebatuan atau tanah seperti jatuhnya bebatuan atau segumpal tanah yang terpisah dari bagian utama pegunungan atau bukit. Tanah longsor biasanya terjadi di daerah pegunungan. Kebanyakan dari tanah longsor terjadi karena gempa bumi yang menggerakkan lempeng bawah tanah yang menyebabkan elemen atau lempeng permukaan bumi bergeser, sehingga menyebabkan keretakan dan tanah longsor. Tingginya curah hujan selama musim penghujan juga dapat menimbulkan tanah longsor. Lamanya durasi hujan akan menimbulkan uap air di permukaan tanah dalam jumlah yang besar. Uap air ini akan memunculkan pori-pori atau rongga tanah, kemudian akan menimbulkan retakan pada tanah. Ketika hujan turun, hujan akan menyusup ke dalam retakan tersebut. Kemudian, air akan terakumulasi di dasar lereng dan menyebabkan pergerakan lateral yang akhirnya menyebabkan tanah longsor. Tanah longsor sering menimbulkan banyak kerugian. Tanah longsor dapat membuat orang-orang kehilangan rumah, tanah, dan harta karena tertimbun tanah longsor. Yang paling parah adalah jatuhnya korban jiwa karena mereka tidak dapat menyelematkan diri dari tanah longsor. Jadi, untuk mencegah terjadinya tanah longsor, mulailah untuk peduli pada lingkungan. Kita dapat memulai dengan menanam pohon dan reboisasi hutan. Dirambah lagi, jangan membuang sampah sembarangan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Sehingga kita dapat mencegah banjir dan tanah longsor selama musim penghujan.
Tanahlongsor (landslide) adalah bentuk erosi (pemindahan massa tanah) yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-tiba dalam volume yang besar (sekaligus). Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 (tiga)keadaan, yaitu: (1) lereng cukup curam, (2) terdapat bidang peluncur yang kedap air dibawah permukaan tanah detikNewsMinggu, 11 Jun 2023 2059 WIB 5 Cara Mencegah Tanah Longsor, Simak Dulu Pengertian dan Penyebabnya Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Apa saja cara mencegah tanah longsor?Karenasangat jarang orang dalam kejadian tanah longsor bisa menyelamatkan diri, itu dikarenakan kecepatan tanah longsor bisa sampai 100km/jam. Seandainya ada korban yang selamat, mungkin dia akan mengalami trauma. Untuk itu, jika kamu mendengar suara gemuruh didekat tebing/jurang, segeralah lari menjauh ke dataran yang stabil. Semoga kita
Tanah Longsor merupakan perpindahan atau pergerakan masa tanah yang diakibatkan karena tanah tidak kuat untuk menopang beban yang berada di permukaan tanah, Tanah longsor juga dipengaruhi beberapa variabel, yaitu kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, dan faktor geologi. Kecamatan Dlingo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi bencana tanah longsor karena bentuk lahan pegunungan struktural denudasional, atau pegunungan yang bergelombang dan memiliki lereng yang curam, jika terdapat curah hujan yang cukup lebat maka hal tersebut dapat menjadi longsor, dan tergantung jenis tanahnya juga maka dari itu penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan untuk mitigasi bencana tanah longsor di Kecamatan Dlingo. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Laporan Penelitian MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR UNTUK MASYARAKAT DI WILAYAH PEGUNUNGAN STRUKTURAL DENUDASIONAL KECAMATAN DLINGO Disusun Oleh Rada Safira 18040274052 Mochamad Afif 18040274053 Nur Aini Miftakhur Rohmah 18040274070 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM PENDIDIKAN GEOGRAFI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI APRIL 2021 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Longsor merupakan perpindahan atau pergerakan masa tanah yang diakibatkan karena tanah tidak kuat untuk menopang beban yang berada di permukaan tanah, Tanah longsor juga dipengaruhi beberapa variabel, yaitu kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, dan faktor geologi. Kecamatan Dlingo merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi bencana tanah longsor karena bentuk lahan pegunungan struktural denudasional, atau pegunungan yang bergelombang dan memiliki lereng yang curam, jika terdapat curah hujan yang cukup lebat maka hal tersebut dapat menjadi longsor, dan tergantung jenis tanahnya juga maka dari itu penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan untuk mitigasi bencana tanah longsor di Kecamatan Dlingo. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Keadaan Curah hujan yang dapat menjadi penyebab terjadinya tanah longsor di kabupaten Dlingo? 2. Bagaimana cara masyarakat mengatasi lereng yang curam karena struktur wilayah yang berupa pegunungan struktural denudasional penyebab terjadinya longsor? 3. Bagaimana Pengaruh Jenis Tanah Terhadap bencana Tanah Longsor? Tujuan 1. Untuk Mengetahui keadaan curah hujan di kabupaten Dlingo sebagai penyebab terjadinya longsor 2. Untuk mengetahui tindakan masyarakat dalam menghadapi daerah lereng yang curam karena struktur wilayah yang berupa pegunungan struktural denudasional yang dapat menjadi penyebab longsor 3. Untuk mengetahui Jenis tanah yang dapat menjadi pengaruh tanah longsor Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan pada mata kuliah Geografi fisik , selain itu penelitian ini juga digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan mitigasi bencana yang ada di wilayah tersebut. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian yang penulis susun ini dapat digunakan pemerintah setempat untuk melakukan mitigasi bencana pada wilayah yang berpotensi besar terkena dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi lingkungan disekitarnya sehingga masyarakat dapat memperhatikan dan beradaptasi dengan wilayah pegunungan struktural denudasional dan berbagai dampak yang ditimbulkan dengan kondisi geologi wilayah tersebut. Batasan Istilah Mitigasi, Tanah Longsor,Curah Hujan, Bencana, Tanah. BAB 2 Tinjauan Pustaka Mitigasi Mitigasi BNPB, 2007 adalah serangkaian upaya untuk mengurangi dampak risiko bencana yang mungkin terjadi, tujuan ada dua yaitu fisik dan non fisik. a Fisik meliputi 1. Penekanan pada kerusakan gedung, bangunan dan rumah. 2. Bencana alam terlokalisir. 3. Jeda waktu yang memungkinkan untuk menyelamatkan diri. 4. Terbentuknya sistem manajemen penanganan bencana alam. b Non fisik meliputi 1. Penanganan konsep bencana alam yang lebih baik. 2. Memupus sikap pasrah diri. 3. Terbentuknya ketrampilan dasar untuk menghadapi bencana alam. 4. Membentuk sikap hidup berdampingan dengan bencana khususnya masyarakat untuk wilayah yang rawan bencana Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter mm di atas permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan 1 satu milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada termpat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung 6 air sebanyak satu liter. Tanah Longsor Skempton dan Hutchinson 1969, tanah longsor atau gerakan tanah didefinisikan sebagai gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan peyusun lereng tersebut. Bencana Bencana disaster merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu trigger, ancaman hazard, dan kerentanan vulnerability bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyababkan terjadinya risiko risk pada komunitas BNPB, 2005 10. Tanah Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Menurut Dokuchaev 1870 dalam Fauizek dkk 2018, Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan. BAB 3 Metode Bentuk Kajian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Hadari Nawawi 200067 dalam Marsudi, 2017 penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan prosedur pemecahan masalahnya solusi yang diselidiki dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, dan masyarakat pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang meliputi interpretasi data dan analisis data. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan lokasi terdampak letusan Gunung Merapi. Kecamatan Cangkringan berada pada kawasan rawan bencana II dan III KRB II dan III. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Variabel Data Variabel yang digunakan adalah Intensitas Curah Hujan Tahunan, Jenis Tanah, Kondisi Wilayah, Serta Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi Bencana. Prosedur Kerja a. Interpretasi citra untuk identifikasi dan mendeliniasi batas bentuk lahan serta penggunaan lahan. b. Penyiapan peta digital citra maupun google earth c. Menyiapkan data curah hujan tahunan d. Mengetahui Jenis tanah di daerah Kec. Dlingo e. Melakukan observasi dan cek lapangan berdasarkan informasi di peta dan citra. f. Penyiapan pertanyaan untuk wawancara secara sistematik yang dapat dipahami responden. g. Menentukan lokasi spesifik dari satuan lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi pengamatan. h. Melakukan pendeskripsian lokasi secara umum dan pengukuran variabel. i. Melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat. j. Tabulasi dan pengelompokan data yang diperoleh k. Menganalisis data hasil tabulasi sesuai dengan tujuan penelitian serta untuk membuktikan hipotesis penelitian. Melakukan pemahaman dan pemaknaan hasil analisis serta penulisan laporan penelitian Cara Analisis 1. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti mulai memfokuskan wilayah penelitian. 2. Penyajian data, yaitu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data peneliti harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebabakibat. BAB 4 Hasil dan Pembahasan Deskripsi Wilayah 1. Wilayah Administrasi Kecamatan Dlingo berada di sebelah Timur Ibukota Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah ha. Wilayah administrasi Kecamatan Dlingo meliputi 6 desa yaitu a. Desa Terong, b. Desa Dlingo, c. Desa Temuwuh, d. Desa Muntuk, e. Desa Mangunan, f. Desa Jatimulyo. 2. Kondisi Geografis Wilayah Kecamatan Dlingo berbatasan dengan a. Utara Kecamatan Piyungan dan Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul b. Timur Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul c. Selatan Kecamatan Playen dan Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, d. Barat Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pleret. Kecamatan Dlingo berada di dataran tinggi. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 320 meter diatas permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan Ibukota Kabupaten Bantul adalah 23 Km. Bentangan wilayah di Kecamatan Dlingo 0% berupa daerah yang datar sampai berombak, 100% berombak sampai berbukit dan 0% berbukit sampai bergunung. 3. Klimatologi Kecamatan Dlingo beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Dlingo adalah 32ºC dengan suhu terendah 24ºC. 4. Penduduk Kecamatan Dlingo dihuni oleh KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Dlingo adalah orang dengan jumlah penduduk laki-laki orang dan penduduk perempuan orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Dlingo adalah 750 jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Dlingo adalah petani. Dari data monografi Kecamatan tercatat orang atau 20,88% penduduk Kecamatan Dlingo bekerja di sektor pertanian.. 5. Sentra Industri Terdapat 3 sentra industri kerajinan di wilayah kecamatan Dlingo, yakni Karangasem Muntuk - Sentra kerajinan bambu. Klepu Temuwuh - Sentra kerajinan meubel. Tanjan Temuwuh - Sentra kerajinan kusen dan daun pintu/jendela. 6. Wisata Budaya a. Upacara Rasulan / Gumbregan Upacara rasulan masih rutin dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Dodogan, Jatimulyo, Kecamatan Dlingo. Kegiatan ini merupakan nilai - nilai tradisi yang sangat diperhatikan oleh masyarakat setempat karena makna yang terkandung didalamnya sangat memberikan arti yang begitu mendalam bagi kehidupan masyarakat dusun Dodogan. b. Wisata Alam Gua Gajah Gua gajah terletak di Dusun Sukorame, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo. Gua Gajah merupakan gua karst yang terletak pada kawasan karst gunung sewu. Gua ini merupakan gua horisontal dengan panjang kurang lebih 50 meter. Nama Gua Gajah berasal dari ciri khas gumpalan batu yang berbentuk menyerupai gajah. Analisis 1. Analisis Intensitas Curah Hujan di Kecamatan Dlingo BPS Kab Bantul Intensitas Curah Hujan Tahun 2019 Curah Hujan per Bulan mm Menurut data tersebut curah hujan yang tinggi pada wilayah Kecamatan Dlingo terdapat pada bulan Januari sehingga pada bulan ini hingga seterusnya maka akan dapat menyebabkan Bencana Alam Tanah Longsor karena kondisi tanah yang lembab dan intensitas hujan tinggi serta terdapat lereng yang curam dapat mengakibatkan potensi bencana alam ini lebih rentan terjadi di daerah lereng karena salah satu ciri pegunungan struktural denudasional memiliki lereng yang curam. 2. Analisis Tindakan Masyarakat dalam wilayah Pegunungan Struktural Denudasional Masyarakat Kecamatan Dlingo beradaptasi dengan cara seperti Mengurangi Keterjalan lereng tersebut, Mengurangi membangun rumah atau fasilitas umum di daerah rawan longsor lereng terjal, maupun daerah pinggiran sungai, membuat bangunan penahan, dan tidak menebang pohon di daerah lereng yang terjal. 3. Analisis Jenis Tanah yang Menyebabkan Tanah Longsor Berdasarkan Peta Hasil Studi Kerawanan Bencana Gelombang Tanah Longsor Pusat Studi UGM 2007 dalam profil kesiap-siagaan Penanggulangan Bencana Menjelaskan bahwa kecamatan Dlingo merupakan wilayah yang sangat rawan longsor. Daerah Perbukitan ini tersusun atas perselingan antara tanah Mediteran dan Latosol. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir. Tanah latosol berasal dari batuan induk breksi/konglomerat. Jenis tanah latosol merupakan jenis tanah yang berkembang, berwarna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah iklim basah dan berasal dari batuan induk tuf. Menurut Rosmarkam 1998 tanah latosol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut sehingga terjadi pelindihan unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan SiO, sebagai sisa berwarna merah. Sedangkan untuk tanah mediteran merupakan jenis tanah yang memiliki perkembangan profit, solum sedang hingga dangkal, memiliki warna coklat hingga merah dengan daya absorbsi sedang. Jenis tanah ini peka terhadap erosi. Kuriakose, dkk 2009 menyatakan bahwa kedalaman tanah atau ketebalan material tanah ditunjukkan dari permukaan tanah hingga mencapai material yang padubatuan. Foth1991 dalam Ikhwanudin 2008 menyatakan bahwa topografi mempengaruhi perkembangan profil tanah, meliputi 1. Mempengaruhi banyaknya presipitasi yang terserap dan tersimpan dalam tubuh tanah sehingga mempengaruhi kejenuhan tanah terhadap air 2. Mempengaruhi laju pengikisan tanah oleh erosi dan 3. Mengarahkan gerakan bahan dalam suspense atau larutan dari satu tempat ke tempat lain Hal tersebut lah yang membuat daerah lereng Kec. Dlingo rawan terhadap Bencana Tanah Longsor. BAB 5 Kesimpulan Dari hal yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya tanah longsor antara lain adalah intensitas curah hujan yang tinggi, jenis tanah pada wilayah tersebut, morfologi, dan terkadang ulah manusia sendiri karena menebang pohon di daerah lereng yang sebenarnya digunakan sebagai penampung air hujan. Untuk masyarakat sendiri sudah mengerti tentang bahaya tanah longsor di daerah pegunungan dan menindak lanjuti hal tersebut dengan tidak membangun rumah atau fasilitas umum di daerah lereng ataupun pinggiran sungai, membangung bangunan anchor, dan tidak menebang pohon di daerah Lereng pegunungan. Daftar Pustaka BNPB. September 2012. “Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat”. Jakarta BNPB Purnomo, N. H.; 2015. Bentanglahan Geografi Yogyakarta & Sekitarnya. Penerbit Ombak ; Yogyakarta Ifanni, M. dan Indrapertiwi, C. ; 2017. Analisis Sebaran Kelompok Rentan di Kawasan Rawan Bencana Longsor untuk penanggulangan Bencana di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ; Daerah Istimewa Yogyakarta Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. Nalunggala, A. ; 2016. ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SIG ; Surakarta › eColls › eThesisdoc ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
17 Pada tahun 2005 - 2006 tercatat, telah terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi alam. Sturktur teks eksposisi pada penggalan teks di atas adalahAnalisis kejadian tanah longsor ini dilatarbelakangi oleh banyaknya bencana yang terjadi di Wonosobo. Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di daerah pegunungan, khususnya desa Tieng yang ada di Wonosobo. Masyarakat di daerah tersebut diantisipasi untuk selalu waspada terhadap bencana tanah longsor yang selalu mengancam di saat datangnya musim hujan. Cara penanganan yang tepat saat dan setelah terjadinya bencana tanah longsor merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh warga masyarakat sekitar daerah kejadian tersebut. Teknik survei dipakai dalam menganalisis bencana tanah longsor yang ada di daerah Wonosobo ini. Banyak korban jiwa yang meninggal, luka-luka dan hilang akibat bencana tanah longsor ini. Mitigasi bencana tanah longsor yang dilakukan pemerintah dan warga masyarakat sekitar bencana yang juga dibantu oleh para pecinta alam adalah dengan melakukan reboisasi dengan tanaman yang bisa menyerap banyak air dan menahan tanah supaya tidak longsor lagi. Kegiatan reboisasi ini disampaikan oleh pemerintah ke warga masyarakat sekitar kejadian tanah longsor melalui kegiatan penyuluhan tanggap bencana. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free P-ISSN 2442-9910E-ISSN 2548-642XS P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains52 2019DOI BENCANA TANAH LONGSOR SERTA MITIGASINYAFatiatun1*, Firdaus1, Sri Jumini1, Nugroho Prasetya Adi11 Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Qur’an, Mojotengah,56351, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia*fatia Handphone 085329632436Dikirimkan 26/09/2019. Diterima 30/09/2019 Dipublikasikan 12/10/2019Abstrak Analisis kejadian tanah longsor ini dilatarbelakangi oleh banyaknya bencana yang terjadi di Wonosobo. Tanahlongsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di daerah pegunungan, khususnya desa Tieng yang adadi Wonosobo. Masyarakat di daerah tersebut diantisipasi untuk selalu waspada terhadap bencana tanah longsoryang selalu mengancam di saat datangnya musim hujan. Cara penanganan yang tepat saat dan setelah terjadinyabencana tanah longsor merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh warga masyarakat sekitar daerahkejadian tersebut. Teknik survei dipakai dalam menganalisis bencana tanah longsor yang ada di daerahWonosobo ini. Banyak korban jiwa yang meninggal, luka-luka dan hilang akibat bencana tanah longsor bencana tanah longsor yang dilakukan pemerintah dan warga masyarakat sekitar bencana yang jugadibantu oleh para pecinta alam adalah dengan melakukan reboisasi dengan tanaman yang bisa menyerap banyakair dan menahan tanah supaya tidak longsor lagi. Kegiatan reboisasi ini disampaikan oleh pemerintah ke wargamasyarakat sekitar kejadian tanah longsor melalui kegiatan penyuluhan tanggap Kunci Tanah longsor, Mitigasi bencanaPENDAHULUANIndonesia termasuk dalam daerah tropisyang mempunyai curah hujan tinggi dantopografi yang bervariasi [1]. Banyak bencanaseperti letusan gunung api, gempa bumi, tanahlongsor dan banjir yang terjadi di Indonesiaberdasarkan geologis, geomorfologis danklimatologis. Bencana-bencana tersebutdisebabkan oleh faktor alam dan juga satu bencana yang sering terjadi didaerah Wonosobo yang memiliki kondisikemiringan lereng yang curam dan didominasioleh pegunungan dan perbukitan yaitu tanahlongsor. Tanah longsor merupakan pergerakantanah, batuan, kerikil atau percampurankeduanya yang menuruni lereng akibat dariterganggunya kestabilan tanah [2]. Proses terjadinya tanah longsor yaitudimulai dengan peresapan air ke dalam tanahyang mengakibatkan penambahan bobot air yang meresap ke dalam tanah tersebutsampai ke tanah yang kedap air bidanggelincir, maka akan menjadikan kondisi tanahmenjadi licin. Oleh karena itu, tanah pelapukanyang ada di atasnya akan menjadi rentanterjadi longsor [3]. Pada umumnya, tanahlongsor disebabkan oleh tiga hal. Diantaranyayaitu faktor dakhil, kondisi luar dari suatumedan dan faktor pemicu lainnya [4]. Adapun struktur geologi, permeabilitastanah dan kedalaman pelapukan batuantermasuk dalam faktor dakhil. Sementara itu,kemiringan, penggunaan lahan dan banyaknyadinding terjal ini masuk dalam kategoripenyebab tanah longsor yang dari kondisi luarsuatu medan [5]. Faktor pemicu lainnya yaitu134 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 52 2019adanya curah hujan tinggi dan terjadinyagempa bumi. Berdasarkan hal-hal tersebut,pada dasarnya tanah longsor itu disebabkanoleh dua faktor utama yaitu faktor alam danmanusia [6].Ada 15 kecamatan yang ada di Wonosobodan ada sekitar 100 desa di dalamnya yangmasuk dalam daerah rawan tanah pemetaan yang dilakukan olehbadan penanggulangan bencana daerahBPBD dan kesatuan bangsa, politik danperlindungan masyarakat kesbangpolinmasmenyatakan bahwa ada 4 desa yang rawanlongsor di kecamatan Sapuran. Desa-desa yangrawan longsor lainnya yaitu 7 desa dikecamatan Kertek, 7 desa di kecamatanWonosobo, 5 desa di kecamatan Kepil, 14 desadi kecamatan Kaliwiro, 4 desa di Selomerto, 7desa di kecamatan Sukoharjo, 11 desa diWadaslintang, 10 desa di kecamatanWatumalang, 6 desa di kecamatan Leksono, 4desa di kecamatan Kalikajar, 6 desa dikecamatan Kejajar, 4 desa di kecamatanGarung, 6 desa di kecamatan Mojotengah dan5 desa di kecamatan Kalibawang. Salah satu daerah rawan longsor tersebutyaitu kecamatan kejajar. Lahan di daerahtersebut rata-rata tergolong curam dan banyakdimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Padatahun 1985-1995 di daerah kejajar ini sangatpesat penanaman kentang yang tidak mengenalmusim [7]. Berdasarkan hal tersebut, banyakwarga masyarakat kejajar yang inginmengubah lahan pertanian menjadi lahankentang dan juga melakukan pembukaan hutan[8]. Banyak pohon besar ditebang dalampembukaan lahan baru ini dan digantikandengan tanaman kentang. Hal inimengakibatkan infiltrasi dan intersepsi airhujan semakin berkurang sehingga potensiterjadinya tanah longsor semakin besar. Oleh karena itu, bencana tanah longsor iniselalu terjadi hampir setiap tahun. Salahsatunya terjadi pada bulan Januari tahun 2010di desa Tieng, Kejajar dengan korbanmeninggal sejumlah 6 orang [9]. Sekitarsetahun kemudian pada bulan Desember tahun2011 juga terjadi bencana tanah longsor yanglebih parah. Bencana tanah longsor ini diringidengan banjir bandang dan longsoran kecil lainyang membahayakan warga bencana tanah longsor yangterjadi tersebut, perlu adanya mitigasi yangharus dilakukan oleh pemerintah danmasyarakat sekitar. Mitigasi bencana tersebutperlu dilakukan saat terjadinya bencana, dansetelah bencana tanah longsor tersebut ini dilakukan untuk mengantisipasibencana tanah longsor susulan dan akibat yangditimbulkan dari bencana tersebut. Mitigasi bencana itu dapat dibagi menjadidua jenis, yaitu mitigasi struktural dan non-struktural [10-11]. Mitigasi struktural meliputipembuatan infrastruktur yang kuat yang dapatmeminimalisasi dampak dari tanah tanah longsor dan pelatihan kepadamasyarakat pada daerah rawan tanah longsormengenai mitigasi-mitigasi yang harusdiakukan saat terjadi dan setelah terjadinyabencana tanah longsor ini termasuk dalamkategori mitigasi umumnya ada lima tahapan mitigasibencana tanah longsor yaitu meliputipemetaan, penyelidikan, pemeriksaan,pemantauan dan sosialisasi [10, 12]. Tahappemetaan ini sangat penting dilakukan dengantujuan untuk mengetahui daerah-daerah manasaja yang termasuk dalam rawan bencana tanahlongsor. Setelah itu, tahap penyelidikan danpemeriksaan juga sangat penting dalammempelajari penyebab dan dampak yangditimbulkan dari bencana tersebut [13]. Hasil 135 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 52 2019dari penyelidikan dan pemeriksaan ini akansangat berguna dalam penanggulanganbencana dan pengembangan wilayahkedepannya. Setelah itu, daerah rawan bencanaini harus selalu dipantau setiap waktu dengantujuan untuk mengurangi dampak yang akanditimbulkan dari bencana tersebut. Tahapanyang terakhir yaitu sosialisasi yang harussecara rutin dilakukan oleh pihak pemerintahpusat ke pemerintah daerah dan tersebut dapat berupa poster,booklet atau penyampaikan secara langsungdari pemerintah ke warga masyarakat daerahrawan tanah longsor. METODEAnalisis bencana tanah longsor inidilakukan dengan metode survei untukmengetahui kondisi fisik di sampel dalam analisis bencanaini yaitu seluruh warga yang ada di desa Tieng,Kejajar, Wonosobo. Data yang dipakai dalamanalisis bencana tanah longsor ini berupapengetahuan masyarakat yang diperoleh darihasil wawancara perangkat desa dan wargasekitar yang terkena dampak dari bencanatanah longsor ini. HASIL DAN PEMBAHASANSecara geografis, desa Tieng yangmerupakan lokasi bencana tanah longsor yangtelah dilakukan survei lapangan terletak padakoordinat 109 56’ 15” BT dan 07 14’ 8,9” hasil survei yang telah dilakukan,bencana tanah longsor yang terjadi di lerenggunung Pakuwojo ini juga mengakibatkanterjadinya banjir bandang yang mengandungtanah hasil longsoran di sungai tanah longsor ini disebabkan olehhujan lebat yang menguyur daerah tersebut danberlangsung dari pagi hingga siang hari. Efek yang ditimbulkan dari bencana tanahlongsor yang juga mengakibatkan banjirbandang ini sangat banyak dan hingga adayang meninggal dunia. Diantara korbantersebut yaitu ada 11 orang meninggal duniadan beberapa orang banyak yang ditemukansebagian tubuhnya saja, 7 orang luka berat dan5 orang luka ringan. Selain itu, banyak jugainfrastruktur yang rusak seperti 13 buah rumahhanyut karena banjir bandang dan 14 rumahrusak berat. Ada sekitar 40 rumah disekitarnyayang juga terancam jadi korban jika ada tanahlongsor dan banjir bandang akibat tanahlongsor susulan. Ada sekitar ha lahankentang dan bawang yang rusak akibatbencana ini. Kondisi lereng gunung Pakuwojo yangterjadi longsor yaitu sebagian besar hutannyasudah gundul. Bagian tengah lereng gunungtersebut juga sudah dialihfungsikan olehmasyarakat sekitar menjadi lahan kebunkentang. Sementara lereng gunung Pakuwojobagian bawah dan lereng yang agak datardimanfaatkan warga sekitar menjadipemukiman yang dinamakan dusun hasil observasi, hampir semuabagian lereng gunung Pakuwojo dari bagianatas hingga kaki lereng gunung ini tidakdijumpai pohon atau tanaman yang memilikiakar kuat. Oleh karena itu, lereng gunung inisangat rawan terjadi tanah longsor karena tidakadanya pengikat tanah, sehinggamengakibatkan banyak korban jiwa dankerugian secara materil. Berdasarkan penyelidikan danpemeriksaan yang telah dilakukan oleh pusatvulkanologi dan mitigasi bencana geologiprovinsi Jawa Tengah, bagian lereng atasgunung Pakuwojo terdapat dua lokasi gerakantanah yang berdekatan. Diantaranya yaitugerakan tanah yang berupa longsoran bahanrombakan seperti lumpur, pasir dan kerikil 136 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 52 2019yang ketika terjadi longsor akan menutupibagian dasar kali Ngesong yang ada dibawahnya. Saat terjadi hujan lebat yangberlangsung lama akan mengakibatkan tanahlongsor dari lereng gunung ini yang kemudianmaterialnya akan menuju ke sungai danmengakibatkan banjir bandang. Jadi efek yang ditimbulkan dari tanahlongsor ini sangat besar karena sekaligus adabencana banjir bandang yang ditimbulkan daribencana tanah longsor ini. Posisi lereng sungaiyang terjal di bagian hulu juga merupakansalah satu penyebab dari adanya bencana banjirbandang yang sangat luar biasa efeknya. Posisilereng sungai inilah yang mengakibatkanbanjir bandang yang mengandung lumpur danmenimpa semua yang ada di bantaran maupunsekitar sungai. Berdasarkan hal tersebut, ada beberapamitigasi bencana yang dapat dilakukan yaitumitigasi struktural, non-struktural danpeminimalan resiko. Mitigasi struktural itudilakukan dengan mengurangi sudutkemiringan lereng dengan membuat sistemterasering. Selain itu, pembangunan dindingpenahan yang berasal dari batuan dan tanahjuga dibangun untuk mengurangi bencanatanah longsor dan efek yang mitigasi non-struktural, daerah rawanbencana tanah longsor ditandai dengan adanyarambu-rambu. Mitigasi non-struktural ini jugadilakukan dengan meningkatkan kesadaranmasyarakat daerah rawan tanah longsor. Halini dilakukan untuk mengetahui tanda-tandaakan terjadinya tanah longsor, penyebabnya,cara mengurangi dan mengatasi bahaya tanahlongsor. Mitigasi bencana yang terakhir yaitupeminimalisasi resiko dengan melakukanpenataan ulang dan pengalihan pemanfaatanlahan berdasarkan bencana tanah longsor yangtelah terjadi. Sebelum pelaksaan kegiatan ini,pnyusunan peta bahaya tanah longsor perludilakukan sebagai pedomannya. Mitigasi bencana yang dilakukan paascabencana tanah longsor di lereng gunungPakuwojo yang terletak di desa Tieng,kecamatan Kejajar, Wonosobo adalah denganmeminta warga masyarakat di daerah tersebutuntuk mengungsi. Warga masyarakat yangrumahnya rusak parah atau ringan dihimbauoleh pemerintah daerah Wonosobo untukmengungsi di tempat yang lebih aman sepertidi balai desa Tieng. Para warga masyarakatyang tidak memiliki tempat tinggal inimengungsi di balai desa tersebut sampaisekitar dua bulan. Setelah kejadian bencana tanah longsorini berbagai bantuan muncul dari berbagaipihak seperti bantuan dari pemerintah pusatnasional, daerah maupun dari bantuan pribadiwarga masyarakat sekitar. Dalam hal ini,pemerintah pusat memberikan bantuan kepadapara korban bencana tanah longsor beruparumah siap huni dengan ukuran 3x6 m2. Wargamasyarakat korban bencana yang menempatirumah bantuan ini hanya diminta untukmembayar sebesar 6 juta. Harga ini sangatterjangkau karena dengan harga segitu sudahdapat tanah beserta rumah yang siap huni danbisa dipakai sampai kapanpun dengan lokasiyang lebih warga masyarakat korban bencanatanah longsor yang rusak ringan juga tidakditempati lagi oleh pemilik rumah. Hal inidilakukan karena warga masyarakat khawatiraka nada tanah longsor susulan/bencanalainnya. Rumah-rumah tersebut hanyadimanfaatkan oleh warga untuk kandangternak. Selain itu, warga masyarakat yangterkena dampak bencana tanah longsor inibersama-sama melakukan reboisasi denganmenggunakan tanaman/pohon yang lebih bisamenyerap air dan menahan tanah dari 137 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 52 2019longsoran. Kegiatan reboisasi ini juga diadakandengan melakukan kerjasama dengan parapecinta alam. Dengan adanya bencana tanah longsoryang telah terjadi dan memakan banyak korbanjiwa sangat membuat warga masyarakat daerahtersebut trauma, terutama bagi anak-anak bencana ini ada anak kecil yanganggota keluarganya meninggal dunia hinggatiga orang. Hal inilah yang membuat traumabagi anak tersebut sampai sekarang. Olehkarena itu, mitigasi lain yang dilakukanpemerintah yaitu dengan melakukan sosialisasikepada warga masyarakat daerah bencana danpenyembuhan trauma bagi anak-anak pascabencana tanah longsor tersebut. PENUTUPSimpulanDesa Tieng adalah salah satu daerah diWonosobo yang rawan akan terjadinyabencana tanah longsor. Bencana tanah longsorini menyebabkan 11 korban meninggal, 7orang luka berat dan 5 orang luka itu, banyak juga infrastruktur yangrusak seperti 13 buah rumah hanyut karenabanjir bandang dan 14 rumah rusak berat. Adasekitar 40 rumah disekitarnya yang jugaterancam jadi korban jika ada tanah longsordan banjir bandang akibat tanah longsorsusulan. Ada sekitar ha lahan kentang danbawang yang rusak akibat bencana mitigasi bencana yang dilakukanuntuk mengatasi bencana tanah longsor iniyaitu dengan melakukan mitigasi, non-struktural dan peminimalisasi resiko dengan menggunakantanaman/pohon yang lebih bisa menyerap airdan menahan tanah dari longsoran jugadilakukan untuk mitigasi bencana tanahlongsor ini. Mitigasi lain yang dilakukan olehpemerintah yaitu dengan melakukan kegiatansosialisasi kepada warga masyarakat dan anak-anak korban bencana ini. Untuk anak-anak,penyembuhan trauma itu sangat penting karenaakan mempengaruhi kepribadiannya di masadepan. SaranAnalisis mitigasi bencana tanah longsor iniperlu dikembangkan lagi untuk daerah-daerahlain dengan kondisi lingkungan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA[1]. Karyono, T. H. 2001. Wujud KotaTropis di Indonesia Suatu PendekatanIklim, Lingkungan dan Energi. DimensiTeknik Arsitektur. 291, 141-146. [2]. Cruden, D. M. 1991. A SimpleDefinition of a Landslide. Bulletin of theInternational of Engineering Geology,43.[3]. Sutarno. 2012. Studi KerentananGerakan Massa Batuan dan DaerahRawan Longsor Lahan di KabupatenPurworejo. Jurnal Ilmu Tanah danAgroklimatologi, 92, 131-137.[4]. Arsyad, U., Barkey, R., Wahyuni. DanMatandung, K. K. 2018. KarakteristikTanah Longsor di Daerah Aliran SungaiTangka. Jurnal Hutan dan Masyarakat,101, 203-214.[5]. Susanti, P. D., Miardini, A. dan Harjadi,B. 2017. Analisis Kerentanan TanahLongsor Sebagai Dasar Mitigasi diKabupaten Banjarnegara. JurnalPenelitian Pengelolaan Daerah AliranSungai, 11, 49-59.[6]. Juhadi, Setyaningsih, W. dan Kurniasari,N. 2016. Pola Perilaku Masyarakatdalam Pengurangan Resiko BencanaTanah Longsor di KecamatanBanjarwangu Kabupaten Banjarnegara 138 S P E K T R A Jurnal Kajian Pendidikan Sains 52 2019Jawa Tengah. Jurnal Geografi, 132,217-224.[7]. Munandar, A. 2016. Analisis UsahaTani Kentang di Desa SembunganKecamatan Kejajar KabupatenWonosobo Jawa Tengah. SPATIALWahana Komunikasi dan InformasiGeografi, 151, 34-39.[8]. Nugraha, S. B., Akhsin, B. dan Benardi,A. I. 2015. Pemanfaatan Teknologi Siguntuk Pemetaan Tingkat AncamanLongsor di Kecamatan Kejajar,Wonosobo. Jurnal Geografi, 122, 203-221.[9]. Wacano, D., Hadmoko, I. M., Nurohman, S.,Mujianto, Satriyo, A. 2013.Identifikasi Tipologi Longsor untukAnalisis Mitigasi Bencana di DusunSidorejo, Desa Tieng, Kejajar,Wonosono. Chapter Buku Seri BungaRampai, 99-107, ISSN 978-602-7797-25-3.[10]. Rahman, A. Z. 2015. Kajian MitigasiBancana Tanah Longsor di KabupatenBanjarnegara. Jurnal Manajemen danKebijakan Publik, 11.[11]. Mubekti dan Alhasanah, F. 2008.Mitigasi daerah Rawan Tanah LongsorMenggunakan Teknik Pemodelan SistemInformasi Geografis. Jurnal TeknikLingkungan, 92, 118-126.[12]. Ikqra. 2013. Analisis Bentuk LahanLandform untuk Penilaian Bahaya danRisiko Longsor di Pulau TernateProvinsi Maluku Utara. JurnalPenanggulangan Bencana, 42, 35-46.[13]. Awaliyah, N. Sarjanti, E. dan Suwarno.2014. Pengetahuan Masyarakat dalamMitigasi Bencana Banjir di Desa PenolihKecamatan Kaligondang KabupatenPurbalingga. Geoedukasi, 32, 92-95. 139 ... Bencana longsor dapat terjadi akibat dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang mempengaruhi terjadinya longsor adalah kemiringan lereng yang curam dengan kemiringan lebih dari 40° dan terganggunya kestabilan tanah yang diakibatkan oleh pergerakan tanah, batuan, atau pencampuran keduanya yang menuruni lereng Fatiatun et al., 2019. Faktor manusia juga dapat mempengaruhi terjadinya longsor. ...Landslide is the process of moving slope-forming material that moves out of the slope. Landslides cause adverse impacts, such as damage to residences, public facilities, death tolls, and damage to agricultural land. Factors for landslides are influenced by disturbing slope stability due to steep slopes, high rainfall intensity, and movement of soil, rock, or a mixture of both. The research was conducted at Agro Techno Park of Brawijaya University silt loam texture soil and the experimental field of Faculty of Agriculture Brawijaya University clay texture soil. The landslide simulation tool used acrylic 100 cm x 50 cm x 75 cm, with an aluminum plate as a base for adjusting the slope. Artificial rain was set to be stable at an intensity of 70 mm hour-1. This study used a combination of three factors, namely soil texture C silt loam and J clay; slope L1 40° and L2 50°; and surface rock B1 25% and B2 50%, so that there were eight treatments with ten repetitions. The landslide duration and volume were measured. The data obtained were then statistically analyzed through the normality test and the unpaired t-test. The results show that increasing slope gradient from 40° to 50° on silty loam texture with similar rock content at the soil surface resulted in 6 times faster and two times larger landslide volume. At a very steep slope, the effect of soil texture and % rocks at the surface would be smaller on landslide duration but became more significant on landslide volume. Generally, the landslide factors can be ranked from the most significant effect as follows slope gradient, soil texture, and rocks coverage at the occur as a result of ground movement on steep slopes, and the high humidity moisture, and the sparse vegetation open land. The Local conditions is an interrelated components. The process of landslides can be explained that the water soak into the soil will add weight to the ground. If the water penetrates the soil acts as a watertight sliding plane, the ground becomes slippery and soil weathering on it will move to follow the slope. This study aims to determine the type of landslide, landslide characteristics and landslides causing factors. This research was conducted in September 2015 in Watershed Tangka. The study consisted of three stages, namely the determination of the coordinates of the location of the landslide, landslide determining the location of the sample, the determination of the type of landslide, slope measurements, measurements of the dimensions of landslide and infiltration. Research results obtained are the coordinates of the location of as many as 17 points landslide, landslide types of translation and rotation, land cover and soil texture. There is no difference in the type of soil, infiltration rate, vegetation, geologi, slope and rainfall in both types of landslide are found. David Milne CrudenA landslide is the movement of a mass of rock, earth or debris down a slope. Tri Harso KaryonoAlmost all the Indonesian cities are designed someway in which local climate, environmental aspect and energy conservation have been paid little inttention by the architecs and urban designers. The result is that most of the Indonesian cities have provided no good place for people living in. This articles tries to explore all the possibility aspects of climatic, environmental and energy, in which they may influence to the design of humid tropical cities of Indonesia. Some strategies are proposed to achieve a better urban design in terms of climate, environment and energy conservation. Abstract in Bahasa Indonesia Sebagian besar kota di Indonesia dirancang tanpa memperhatikan beberapa aspek seperti halnya iklim, kesehatan lingkungan dan penghematan energi. Akibatnya, beberapa kota tersebut menjadi tidak cukup nyaman bagi warga setempat untuk tinggal dan bekerja. Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis berbagai aspek yakni, iklim, lingkungan dan energy, yang berpengaruh terhadap rancangan kota tropis di Indonesia. Beberapa strategi pemecahan yang berkaitan dengan aspek tersebut di atas dicoba untuk ditawarkan melalui tulisan ini. Kata kunci energi, iklim, Indonesia, kota tropis basah, MunandarABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang dan kelayakan usaha tani kentang di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada Bulan April-September 2015. Penelitian dilakukan di Desa Sembungan sengaja dilakukan karena desa ini penduduknya mengusahakan kentang sebagai hasil pertanian utama. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani pengolah lahan tanaman kentang di Desa Sembungan yaitu sebesar 30 petani dengan luas lahan garapan yang bervariasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistem acak berlapis sebanding berdasarkan luas penguasaan lahan. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif yang berupa perhitungan persamaan matematis. Berdasarkan penelitian faktor yang mempengaruhi hasil panen tanaman kentang di daerah penelitian dari tabel diperoleh nilai r square sebesar 0,994 yang artinya sebesar 99,4% hasil panen dipengaruhi oleh pemilihan bibit, pupuk kandang, pupuk ZA, Pupuk KC, pengggunaan pestisida, penggunaan fungisida dan penggunaan tenaga kerja yang terampil. Faktor yang tidak mempengaruhi hasil produksi kentang yaitu luas lahan, penggunaan pupuk TSP, NPK. Diketahui bahwa rata-rata RC yaitu 1,5 artinya secara rata-rata budidaya kentang di daerah penelitian layak dilakukan. Kata Kunci Faktor, Produksi, Kentang, Usahatani Amni Zarkasyi RahmanAll disasters experienced by Indonesia in the last years has developed anawareness of the fragility and vulnerability. At this time, the disastermanagement is currently insufficient anymore. The disaster management gain anew dimension with UU 24/ 2007 and followed some related program implemented by BPBD Banjarnegara includes Structuraland Non Structural Mitigation has been completed well. For example, disasterdatabase, installation of Early Warning System EWS, information andsocialization, training and disaster the future, mitigation will be focused on public education. Thegovernment should implement the hazard maps, environmental improvement,evacuation route, installation of low-cost EWS at all location, and relocation. inadditon, whole villages must become village disaster response desa tanggapbencana.Key words landslides; structural mitigation; non structural MubektiLandslide is the main natural disaster in the study area of North Sumedang and South Sumedang sub-districts. The spatial distribution of landslide hazard and risk are not available yet that important for decision making. The aim of research is to providegeographic information system technology for developing a model for landslide hazard mitigation. The results show that a part of the area in the North Sumedang and South Sumedang subdistrict has moderate class covering Ha 65,5% and high landslide hazard is covering Ha 21,67%, low landslide hazard zone = Ha 12,16% and very low landslide hazard 85,69 Ha 0,66%. By combining landslide hazard and property value, a prediction of landslide risk was produced. Despite the majority of the area has low risk class Ha/74,07%, but the highrisk area occurred in minimal places 86,44 Ha/0,67%. This phenomena showed that area with high potential level of landslide hazard is not always having a high value of risk. Since the risk calculation is determined by properties value such asinfrastructure, road network and land use. While the landslide hazardous level is determined by natural factors such as slope, soil type, geology and land is a hydrometeorologycal disaster that usually happens in Indonesia. The purpose of this study was to determine the level of landslide vulnerability in Banjarnegara District. This study employed survey and descriptive quantitative methods by using a formula of landslide vulnerability, with variables natural and management factors. The analysis used in this study was overlaying the predetermined formula and weighting it. The results indicated a variety of vulnerability classes, which were 1 non-vulnerable zone of ha 2 slightly vulnerable zone of 7, ha 3 fairly vulnerable zone of 88, ha 4 vulnerable zone of 10, ha and 5 very vulnerable zone of ha The dominant parameters for landslides in Bajarnegara were rain, geology and regolith. Mitigation techniques employed in those areas should be based on community-self-supporting mitigation through the development of disaster resilient villages. Disaster resilient village is a village that is responsive and can minimize disaster risks through adaptation. Several measures can be done independently autonomously by the community including increase the alertness during rainy period, seal all cracked soil due to the fault movement, and protect the soils through slope stabilization and protection of slopes.Studi Kerentanan Gerakan Massa Batuan dan Daerah Rawan Longsor Lahan di Kabupaten PurworejoSutarno. 2012. Studi Kerentanan Gerakan Massa Batuan dan Daerah Rawan Longsor Lahan di Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 92, Perilaku Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Banjarwangu Kabupaten Banjarnegara Jawa TengahJuhadiW SetyaningsihN KurniasariJuhadi, Setyaningsih, W. dan Kurniasari, N. 2016. Pola Perilaku Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Banjarwangu Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Jurnal Geografi, 132, Teknologi Sig untuk Pemetaan Tingkat Ancaman Longsor di Kecamatan KejajarS B NugrahaB AkhsinA I BenardiNugraha, S. B., Akhsin, B. dan Benardi, A. I. 2015. Pemanfaatan Teknologi Sig untuk Pemetaan Tingkat Ancaman Longsor di Kecamatan Kejajar, Wonosobo. Jurnal Geografi, 122, 203-221.The Śakas in India, 1981, p 12, Satya Shrava; Journal, 1920, p 175, University of Calcutta If you're looking for moral stories for kids, then these 25 mythological stories for kids are prefect as they will also leave them with knowledge about their Indian heritage sanketanidhi jyotish vedic astrology Yes, it is the Divine Leela that each of us are living through pdf muhurta raman jyotish Connection timed out Error code 522 2023-06-16 112033 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d82a9476980b7fb • Your IP • Performance & security by CloudflareQ0tsW.