Diengsebagai dataran tinggi di Jawa Tengah memiliki ke khasan sendiri melalui panorama alam, wisata serta ketinggiannya yang mencapai 2000 mdpl. Dieng memiliki sejarah yang cukup panjang dan menyimpan peninggalan – peninggalan bersejarah diantaranya adalah candi – candi yang ada di Dieng. Candi yang ada di Dieng berasal dari agama Hindu
ArticlePDF Available AbstractPeninggalan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa-sisa reruntuhannya, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Pada awalnya, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan candi Yajamana, bersama para pekerjanya Silpin, harus menghubungi Maha Brahma. Kemudian berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi yang paling digemari adalah lahan dekat aliran sungai, khususnya daerah pertemuan dua sungai tempuran. Material yang digunakan untuk pembanguan candi banyak macamnya, namun yang paling sering ditemukan adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi di areal persawahan, sedangkan batu andesit biasanya pada candi di dekat sungai. Tulisan ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta efeknya pada kekuatan dan keindahan bangunan candi. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur, baik terhadap buku, laporan, ataupun artikel serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan material candi di Indonesia, baik batu andesit maupun batu bata merah, sama-sama menghasilkan kekuatan dan keindahan dengan ciri khas masing-masing. Keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan, walaupun berbeda fungsi, tergantung lokasi candi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Human Narratives September 2020, pp. 33-38 e-ISSN 2746-1130 33 PILIHAN MATERIAL BANGUNAN PADA CANDI Bambang Perkasa Alam Program Studi Arsitektur, Universitas Indraprasta PGRI Abstrak. Bangunan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa reruntuhan bangunan tersebut, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Material yang digunakan untuk membangun candi, yang paling sering dijumpai adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi yang ditemukan di areal persawahan dan jauh dari gunung berapi, sedangkan yang menggunakan batu andesit biasanya di dekat sungai, tidak jauh dari gunung berapi. Artikel ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta faktor yang memengaruhinya. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi kepustakaan, di mana sumber informasi utamanya adalah buku, laporan, artikel ilmiah, serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa pilihan material pembangun candi tidak terkait secara langsung dengan periode pembangunannya, melainkan dengan ketersediaan bahan yang dipengaruhi oleh lokasi pembangunan, serta terkait dengan tingkat kesakralan bangunan yang hendak didirikan. Kata kunci batu andesit, batu bata, candi, material Abstract. Temple buildings were often found in a state of disrepair. However, behind the ruins of the building, there were still traces of the construction process. The materials used to build temples, which were most often encountered were andesite and red bricks. Red brick material was usually used in temples found in rice fields and far from volcanoes, while those that used andesite stones were usually near rivers, not far from volcanoes. This article discusses the differences in the use of the temple building materials and the factors that influence them. This study used qualitative methods. Data were collected through literature studies, where the main sources of information were books, reports, scientific articles, and semi-documentary films about the excavation of temples in several places in Indonesia. The results of the discussion showed that the choice of temple building materials was not directly related to the construction period, but with the availability of materials which is influenced by the construction location, as well as the sacred level of the building to be erected. Keywords andesite stone, red bricks, temple, material Correspondence author Bambang Perkasa Alam, Jakarta, Indonesia Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak candi yang tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan Bali, serta sebagian Sumatera dan Kalimantan Soekmono, 1995. Secara umum, pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat menggunakan candi sebagai tempat pemujaan dewa dan dewi Soekmono, 1973 81. Akan tetapi, terdapat perbedaan fungsi candi pada agama Hindu dan Budha. Bagi agama Hindu, candi lebih merupakan penanda kekuasaan, sedangkan agama Budha menempatkan candi sebagai tempat peribadatan. Selain tempat ibadah, beberapa bangunan yang tidak dilengkapi simbol-simbol keagamaan juga tetap dinamakan candi, termasuk bangunan-bangunan yang dipergunakan sebagai pintu gapura, tempat pemandian, istana, penanda kekuasaan, ataupun sebagai makam para raja. Arsitektur bangunan candi dirancang dengan sentuhan seni yang tinggi. Kualitas estetis ornamen ukiran maupun seni pahat yang terdapat pada candi mengisyaratkan bahwa pada eranya, kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha memiliki arsitek-arsitek dengan keahlian yang mumpuni. Keberadaan relief yang biasa menghiasi bangunan candi juga menunjukkan bahwa pada masa itu keindahan seni telah mendapat perhatian dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat, khususnya di lingkungan kerajaan. Padanan untuk istilah candi dalam bahasa Inggris, temple,’ berasal dari bahasa Latin templum,’ yakni bangunan yang dikhususkan untuk ritual, kegiatan spiritual dan/atau keagamaan, seperti kegiatan doa dan pengorbanan Soekmono, 1973. Jika dikembalikan kepada pengertian dasarnya dalam bahasa Indonesia, maka istilah candi dapat mencakup pula semua bangunan bersejarah Hindu–Budha yang terdapat di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia Dumarcay. Candi memiliki rupa dan fungsi yang sangat beragam, dan dianggap sebagai tempat bersemayamnya satu atau beberapa dewa. Secara historis, keberadaan candi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan agama Hindu–Budha di Jawa sejak abad ke-7 sampai abad ke-14, serta di daerah Sumatera dan Kalimantan Supriatna, 2006. Bukan hanya rupa dan fungsinya, material pembuat candi pun bermacam-macam, antara lain batu granit, batu bata, dan batu kapur. Keragaman material inilah yang menjadi pokok diskusi dalam artikel ini. Apakah yang menjadi penyebab keragaman pemilihan material tersebut? Apa pula alasan penggunaan suatu material pada candi-candi tertentu? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kajian kepustakaan. Sumber data yang digunakan antara lain artikel jurnal ilmiah, majalah, buku, maupun artikel-artikel dari sumber daring di internet. Selain itu, data yang dibutuhkan juga diambil dari sumber berupa film tentang penggalian arkeologis di situs candi. Bambang Perkasa Alam © 2020 This work is licensed under a CC-BY-NC HASIL DAN PEMBAHASAN Candi dan Material Pembangunnya Bangunan candi sering kali dihubungkan dengan monumen sebagai tempat pendharmaan untuk memuliakan raja yang telah wafat. Namun demikian, candi bukanlah makam, melainkan bangunan kuil Soekmono, 1973 241. Selain merujuk pada bangunan tempat ibadah agama Hindu-Budha, kata candi juga dipergunakan untuk menyebut bangunan istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya Maryanto, 2007 8. Menurut Yudoseputro 1993 118, bangunan candi digunakan sebagai bangunan suci, namun di India sendiri, bangunan candi tidak digunakan sebagai tempat ibadah. Di India, bangunan kuil untuk menyelenggarakan upacara agama Hindu disebut vimanna rumah dewa atau ratha kendaraan dewa, sedangkan untuk ibadah agama Budha disebut stupa. Sebutan candi di Indonesia merujuk pada bangunan dengan bermacam-macam fungsi, yaitu kuil Hindu, stupa dan wihara Budha, pemandian, pintu gerbang gapura, ataupun candi sebagai bale kambang, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah raja, tempat pemujaan atau bersemayam dewa. Walaupun fungsinya bermacam-macam Dumarcay candi diartikan juga sebagai replika rumah tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru Supriatna, 2006. Mengingat fungsinya yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan Hindu dan Buddha pada masa lalu, sejarah pembangunan candi juga tak dapat dilepaskan dari sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14. Bangunan candi banyak mendapat pengaruh dari India, misalnya dalam aspek teknik bangunan, gaya arsitektur, dan ornamen atau hiasan. Walaupun demikian, arsitektur candi di Indonesia mempunyai karakter tersendiri, baik dalam penggunaan bahan, teknik konstruksi, maupun corak dekorasinya. Hal ini karena pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat juga sangat kuat. Dinding candi biasanya dihiasi relief tentang ajaran atau cerita tertentu. Aturan pembuatan bangunan gapura atau candi yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India dimuat dalam sejumlah kitab keagamaan, antara lain Manasara dan Sipa Prakasa. Para seniman candi pada masa itu percaya bahwa ketentuan-ketentuan di dalam kitab-kitab keagamaan tersebut bersifat suci dan magis. Bangunan yang dibuat secara benar dan indah mempunyai arti tersendiri, baik bagi pembuatnya maupun penguasa yang memerintahkan pembangunannya, dan akan mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Oleh karena itu, ketika akan membuat gapura, persiapan dan perencanaan yang matang harus dilakukan, baik secara keagamaan maupun teknis. Salah satu bagian penting dalam perencanaan teknis adalah membuat sketsa yang benar agar dapat dihasilkan bangunan seperti yang diharapkan. Sketsa ini harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu terkait bentuk, ukuran, maupun posisi dan tata letaknya. Jika dalam proses pendirian bangunan terjadi penyimpangan atau keluar dari ketentuan-ketentuan di dalam kitab keagamaan, maka akan berakibat pada kesengsaraan besar bagi pembuat maupun masyarakat sekitarnya. Namun demikian, meski ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan tidak dapat diubah dengan semaunya, suatu kebudayaan, termasuk seni bangunan, akan selalu dipengaruhi oleh keadaan alam dan budaya setempat, serta pengaruh waktu. Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC Pada awal proses pembangunan candi, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan Yajamana, bersama para pekerjanya Silpin, harus menghubungi Maha Brahma. Selanjutnya, berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi pembangunan candi yang paling baik adalah dekat sungai, terutama pertemuan dua aliran sungai yang disebut sebagai tempuran. Pada umumnya, candi terbuat dari batu hitam yang disebut batu candi, yang sebenarnya adalah batu andesit. Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik ekstrusif. Batuan jenis ini sering dipergunakan pada bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Batuan ini terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900– Celcius. Mineral-mineral yang terkandung di dalamnya bersifat mikroskopis, antara lain silika SiO2 sejumlah kisaran 52-63%, kuarsa sejumlah kisaran 20%, biotite, basalt, feltise, plagiocase feldspar, pyroxene clinopyroxene dan orthopyroxene, serta hornblende dengan persentase sangat kecil Hannigan. Batu andesit dapat dikatakan bernilai seni tinggi karena memiliki komposisi dan tekstur spesifik yang dapat dipahat. Batuan ini biasanya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi, seperti di Majalengka, Cirebon, dan Tulung Agung. Motif batu andesit pada umumnya ada dua jenis, yaitu polos dan berbintik. Batu andesit polos terbentuk akibat sedimentasi, mempunyai tingkat kekerasan density sangat tinggi, dan porositas rendah, sehingga teksturnya halus sekali. Pada umumnya jenis batu ini berwarna gelap atau hitam. Oleh karena sifatnya yang keras dan porositasnya kecil, batu andesit tidak mudah kotor. Beberapa candi yang terletak di daerah Dieng maupun sekitaran Magelang seperti candi Borobudur dan Prambanan, menggunakan material batu andesit. Material lain yang juga kerap digunakan untuk membangun candi adalah batu bata, yang terbuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Batu ini dapat menyerap panas dengan baik. Bata merah sudah sangat umum digunakan sebagai material bangunan di Indonesia, dari zaman dulu hingga saat ini. Tanah yang digunakan untuk pembuatan bata bukanlah sembarang tanah. Tanah tersebut harus yang agak liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan. Faktor yang Melatarbelakangi Pilihan Material Candi Bata yang dipakai di Indonesia adalah jenis bata bakar, yang baru hadir pada permulaan awal sejarah Nusantara bersamaan dengan masuknya budaya Hindu-Budha dari India ke Nusantara. Sebagian pendapat menyebutkan, penggunaan batu bata lebih muda daripada material batu andesit. Pendapat ini berpangkal dari kategorisasi seni bangun candi ke dalam dua langgam gaya seni, sebagaimana dikemukakan oleh Soekmono 1973 81, yakni candi berlanggam Jawa Tengahan yang dibangun pada periode antara abad ke-7 sampai abad ke-11 Masehi, dan candi berlanggam Jawa Timuran yang dibangun pada periode antara abad ke-13 sampai abar ke-16 Masehi. Di antara keduanya, terdapat langgam transisi yang dibangun antara abad ke-12 sampai abad ke-13 Masehi Soekmono, 1973 81. Pada kategorisasi ini, candi berlanggam seni Jawa Timuran dinyatakan sebagai berbahan bata. Padahal, bahan material yang digunakan, apakah bata atau batu, tidaklah terkait langsung dengan langgam seni ataupun lapis masa. Pilihan material ini lebih dipengaruhi oleh ketersediaan jenis material di lingkungan sekitar tempat pembangunan candi, dan kesakralan bangunan yang bersangkutan. Pada dasarnya, Bambang Perkasa Alam © 2020 This work is licensed under a CC-BY-NC sebagai bangunan sakral, material yang digunakan dalam pembangunan candi harus kuat dan tahan lama, seperti batu. Batu kali andesit, batu kapur, atau batu padas keras, yang dalam bahasa Jawa disebut curing, tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup di lingkungan sekitar pembangunan. Oleh karena itu, penggunaan material lain tidak dapat dihindari, antara lain batu bata. Batu bata yang digunakan biasanya adalah bata berukuran besar dan tebal. Kualitas pembakaran yang matang akan membuat batu bata tersebut tahan usia. Bangunan candi-candi yang menggunakan material batu bata umumnya berada jauh dari areal gunung berapi. Pada candi-candi ini, material yang kemudian kerap digunakan, di samping batu bata, adalah kayu keras untuk bagian dinding dan atap. Kalaupun batu dipakai, umumnya hanya untuk bagian tertentu. Misalnya, sebagai media pahat bagi ragam hias candi, batu pengunci key stone, arca dewa, dan sebagainya. Untuk bangunan-bangunan profan, digunakan batu bata untuk komponen pondasi, gapura, pagar, dan sebagainya, sedangkan pada bagian lain digunakan bahan-bahan yang tidak tahan usia, seperti kayu, bambu, atau ilalang. Akibatnya, bagian bangunan-bangunan ini kini tidak lagi tersisa jejaknya. Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan material batu bata pada candi juga berusia tua, yakni sekitar abad ke-6 sampai ke-10 Masehi. Periode ini relatif sezaman dengan Kerajaan Tarumanegara. Dari periode ini ditemukan jejak arsitektur berlatar keagamaan Budha Mahayana yang berada di situs Batuhaya, Kabupaten Krawang, Jawa Barat. Di situs tersebut ditemukan hampir dua puluh reruntuhan bangunan batu bata, yang tersebar pada areal persawahan seluas 5 km2. Situs lain yang bisa dikatakan sezaman, yang terbuat dari batu bata adalah kompleks percandian Hindu pada situs Cibuaya di Pedes, Krawang. Selain itu, ditemukan juga reruntuhan candi dari batu bata di Kampung Sukamaju, Desa Sukajaya, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, yang dinamai Candi Binangun. Jejak bangunan candi berbahan batu bata didapati pula di sekitar candi Borobudur, yang berupa candi-candi bukur candi kecil, dari sekitar abad ke-8 Masehi. Salah satu di antaranya adalah Candi Banon Attewell & Farmer, 1976. SIMPULAN Tidak semua candi menggunakan batu andesit sebagai bahan pembangunnya. Batu bata juga digunakan sebagai material pembangun pada beberapa candi, khususnya di daerah Jawa Timur. Penggunaan Batu andesit banyak digunakan pada candi yang dibangun di daerah yang dekat dengan pegunungan, sehingga tersedia material batu andesit yang melimpah, terutama di daerah aliran sungai. Adapun batu bata banyak digunakan pada candi yang letaknya jauh dari gunung berapi. Pada daerah berdirinya candi-candi ini umumnya berlimpah material pembentuk batu bata, yaitu tanah liat. Penggunaan kedua material secara bersamaan pun bisa terjadi, yakni untuk fungsi bangunan berbeda, di mana candi menggunakan batu andesit, sedangkan bangunan penunjang menggunakan batu bata. Dari hasil pembahasan diperoleh pemahaman bahwa pilihan penggunaan material pembangun, apakah batu andesit atau batu bata, tidak berhubungan secara langsung dengan periodesasi pembangunan candi, melainkan dengan ketersediaan bahan dan kesakralan bangunan. Material Bangunan pada Candi This work is licensed under a CC-BY-NC DAFTAR PUSTAKA Attewell, P. B., & Farmer, T. W. Principles of Engineering Geology. John Wiley & Sons, Inc., 1976. Dumarçay, Jacques. Candi Sewu dan Arsitektur Bangunan Agama Budha di Jawa Tengah. Kepustakaan Populer Gramedia, 2007. Hannigan, Tim. A Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation. TUTTLE Publishing, 2015. Maryanto, Daniel A. Seri Fakta dan Rahasia di Balik Candi Mengenal Candi. Citra Aji Parama, 2007. Soekmono, R. The Javanese Candi, Function and Meaning. E. J. Brill, 1995. -. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, 1973. Supriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006. Yudoseputro, Wiyoso. Pengantar Wawasan Seni Budaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. ... Sementara itu untuk candi yang berada di daerah Jawa Tengah hampir semua menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utama pembangunan candi dan juga ada sedikit yang menggunakan batu putih atau batu kapur. Candi pada umumnya dalam proses pembangunan tidak berhubungan dengan periode waktu ataupun ketersediaan bahan material tetapi lebih dipengaruhi lokasi pembangunan Alam, 2020. ...Jessica Aprilia PoernamaHeristama Anugerah PutraIndonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak warisan budaya yang terlahir dari masa prasejarah. Peninggalan secara fisik yang ada saat ini banyak berupa bangunan candi. Candi sendiri memiliki fungsi utama pada zamannya sebagai tempat persembahyangan kepada dewa ataupun sebagai istana suatu kerajaan. Candi yang ada berasal dari peradaban kelahiran dan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Kedua agama ini menjadi agama tertua dan yang pertama kali masuk ke Indonesia. Candi di Indonesia sendiri paling banyak berada di Pulau Jawa tepatnya di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lokasi tempat terbangun dan berdirinya candi dikedua provinsi ini disesuaikan dengan jarak sumber untuk material utamanya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan geografis tempat berdirinya lokasi candi-candi tersebut yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan komparatif membandingkan data yang didapat antara candi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah didasarkan letak geografisnya. Hasil yang diharapkan yaitu dapat mengetahui lebih jelas penggunaan material batuan candi yang didasarkan pada letak, jarak dan kondisi geografis dari sumber utama bahan batuannya. Umumnya jenis material utama batuan yang digunakan untuk pembangunan candi dikedua provinsi ini dikaitkan karena kedekatan dengan sumber material dan lokasi terbangunnya candi.... Sementara itu untuk candi yang berada di daerah Jawa Tengah hampir semua menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utama pembangunan candi dan juga ada sedikit yang menggunakan batu putih atau batu kapur. Candi pada umumnya dalam proses pembangunan tidak berhubungan dengan periode waktu ataupun ketersediaan bahan material tetapi lebih dipengaruhi lokasi pembangunan Alam, 2020. ...Jessica Aprilia PoernamaHeristama Anugerah PutraIndonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak warisan budaya yang terlahir dari masa prasejarah. Peninggalan secara fisik yang ada saat ini banyak berupa bangunan candi. Candi sendiri memiliki fungsi utama pada zamannya sebagai tempat persembahyangan kepada dewa ataupun sebagai istana suatu kerajaan. Candi yang ada berasal dari peradaban kelahiran dan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Kedua agama ini menjadi agama tertua dan yang pertama kali masuk ke Indonesia. Candi di Indonesia sendiri paling banyak berada di Pulau Jawa tepatnya di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lokasi tempat terbangun dan berdirinya candi dikedua provinsi ini disesuaikan dengan jarak sumber untuk material utamanya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan geografis tempat berdirinya lokasi candi-candi tersebut yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan komparatif membandingkan data yang didapat antara candi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah didasarkan letak geografisnya. Hasil yang diharapkan yaitu dapat mengetahui lebih jelas penggunaan material batuan candi yang didasarkan pada letak, jarak dan kondisi geografis dari sumber utama bahan batuannya. Umumnya jenis material utama batuan yang digunakan untuk pembangunan candi dikedua provinsi ini dikaitkan karena kedekatan dengan sumber material dan lokasi terbangunnya Putu Sathya DharmaGusti Ayu Made SuartikaCandi bentar is a gate or the main door to enter a specific area, such as temple and palace in Bali. However, in the current situation, it can be found in many entries points to various premises, including a border between areas, a house, and public facilities. Puru Sada Temple, one of Kahyangan Jagat Temples located in Badung Regency of Bali Province, has a candi bentar, which at first glance similar to that of the Wringin Lawang Temple - a legacy of the Majapahit Kingdom of East Java. In terms of scale, however, the size of the Puru Sada Temple’s candi bentar is smaller. The purpose of this study is to discuss the visual characters of candi bentar in places that functioned for worship by taking Puru Sada Temple as its case study. The study used a descriptive qualitative approach. Its analysis is supported by relevant views offered by both Yudoseputro 2008 and Ching 1991. This study finds that intimacy has been a dominant visual character supported by the existence of sacred ornaments that are considered as guarding figures. Keywords visual character; candi bentar; gate; Puru Sada Temple Abstrak Candi bentar adalah gerbang atau pintu utama dalam memasuki area khusus seperti pura maupun puri di Bali. Namun saat ini candi bentar dapat ditemukan di berbagai tempat seperti perbatasan daerah, rumah tinggal, dan fasilitas umum. Pura Puru Sada termasuk dalam Pura Kahyangan Jagat berlokasi di Badung memiliki candi bentar yang sekilas mirip dengan Gapura Wringin Lawang peninggalan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Namun ukuran candi bentar Pura Puru Sada lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah membahas karakter visual candi bentar di tempat suci dengan mengambil Pura Puru Sada sebagai studi kasus. Penelitian ini menggunakan pedekatan kualitatif deskriptif. Dianalisa dengan teori relevan yang ditawarkan oleh Yudoseputro 2008 dan Ching 1991. Studi ini menemukan jika intimasi merupakan karakter visual dominan yang didukung dengan adanya ornamen sakral sebagai sosok penjaga. Kata kunci karakter visual; candi bentar; gapura; Pura Puru SadaHudaidah HudaidahElsabelaClassical ruins in South Sumatra are often engrossed in the existence of the Srivijaya kingdom in the past. This is because the reign of Srivijaya lasted a long time from the VII century to the XIV century AD. One of the classical or Hindu influences is the Bumiayu temple in the village of Bumiayu in the Tanah Abang sub-district. The Bumiayu temple complex is a joint temple complex between Buddhists and Hindus. Based on these findings, it is interesting to study how temples for Hindu worship can coexist with Buddhist temples. The purpose is to describe the Hindu place of worship during the Srivijayan era at Bumiayu Temple. This research method uses a historical methodology. The conclusion that can be drawn is that the Bumiayu temple is a place of relics and worship of gods as well as a place of worship for the ancestors of Hindus during the Sriwijaya B. Attewell Isaac FarmerThis book discusses basic principles as well as the practical applications of geological survey and analysis. Topics covered include the mechanical and physical response of rocks, rock masses and soils to changes in environmental conditions, and the principles of groundwater flow. The core of the book deals with the collection of geological and technical data, its subsequent analysis, and application to design. The combination of rigorous and detailed discussion of theory and well-illustrated examples made the book an indispensable reference source and ideal course book for both geologists and civil Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest NationTim HanniganHannigan, Tim. A Brief History of Indonesia Sultans, Spices, and Tsunamis, the Incredible Story of Southeast Asia's Largest Nation. TUTTLE Publishing, SoekmonoThe JavaneseCandiSoekmono, R. The Javanese Candi, Function and Meaning. E. J. Brill, 1995. -. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Kanisius, Grafindo Media PratamaNana SupriatnaSejarahSupriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006.
Candiadalah salah satu peninggalan sejarah di Indonesia. Di Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) terdapat beberapa bangunan candi agama Hindu atau Budha. Menilik atap Candi Bahal I yang mirip dengan bentuk atap Candi Mahligai di Muara Takus (Riau) diduga Candi Bahal merupakan Candi
- Candi merupakan salah satu contoh peninggalan kerajaan Hindu maupun Buddha. Hingga saat ini, keberadaan candi masih terus dihormati dan disakralkan. Awalnya candi hanya digunakan oleh masyarakat Hindu. Tujuannya untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya dari kalangan raja serta orang terhormat lainnya. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud, candi dalam agama Hindu, sebenarnya berasal dari salah satu nama untuk Dewi Maut atau Dewi Durga Candika. Sehingga fungsi candi dalam agama Hindu digunakan sebagai sarana penghormatan orang yang telah dengan hal itu, candi dalam agama Buddha digunakan sebagai sarana pemujaan dan untuk memuliakan dewa-dewanya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya stupa dalam bangunan candi agama Buddha. Unsur terpenting dalam bangunan candi ialah bagian dari candi itu sendiri. Candi tersebut hendaknya melambangkan alam semesta dengan tiga bagiannya, yakni Kaki candi yang melambangkan alam bawah tempat manusia hidup dan berada. Tubuh candi yang melambangkan alam tempat manusia yang sudah meninggalkan sifat duniawinya dan dalam keadaan suci menemui Tuhan. Puncak candi yang melambangkan alam atas tempat dewa-dewa berada. Oleh karena candi Hindu dan Buddha memiliki perbedaan fungsi. Maka keduanya juga memiliki ciri khas bangunan candi yang berbeda. Dalam struktur candi yang ditemukan di Indonesia, terdapat ciri budaya Indonesia yang menjadi bentuk akulturasi dari budaya Hindu-Buddha yaitu punden sajakah ciri khas dan candi Hindu dan candi Buddha? Baca juga Fungsi Candi dalam Agama Hindu Ciri khas candi Hindu Menurut Purwo Prihatin dalam buku Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif Sejarah 2017, salah satu ciri khas dari candi Hindu ialah bentuk atapnya yang tinggi menjulang. Contohnya Candi Prambanan yang memiliki atap menjulang tinggi. DOK. PUSKOMPUBLIK KEMENPAREKRAF Kompleks Candi itu, candi Hindu juga memiliki beberapa ciri khas lainnya. Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Ensiklopedia Meyakini Menghargai, karya Ibn Ghifarie. Bentuk candi Hindu biasanya lebih ramping dan menjulang tinggiCandi Hindu memiliki bentuk bangunan yang lebih ramping, mungkin bentuk ruangannya seperti segi empat dan tidak terlalu lebar. Ada arca Dewa TrimurtiCandi Hindu memiliki arca Dewa Trimurti, yakni Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma. Ini merupakan ciri khas candi Hindu yang membedakannya dengan candi Buddha. Selain arca Dewa Trimurti, biasanya dalam bangunan candi juga bisa ditemui arca Dewa Ganesha, Dewi Durga, dan lain sebagainya. Digunakan sebagai tempat penghormatan orang meninggal serta pemakaman rajaCandi Hindu digunakan sebagai tempat penghormatan orang yang telah meninggal dan lokasi pemakaman raja, pada zaman dahulu. Candi Hindu juga sering digunakan sebagai tempat penyembahan kepada dewa. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagianCandi Hindu memiliki tiga struktur candi, yakni Bhurloka kaki candi tempat makhluk hidup tinggal, Bhuwahloka bagian tengah candi melambangkan manusia yang sedang disucikan dan menuju kesempurnaan batiniah serta Swahloka perlambang dunia dewa. Bagian atas atau puncaknya berbentuk ratnaRatna merupakan bentuk atap yang meruncing. Biasanya menjulang tinggi ke atas disertai dengan bentuk seperti mengerucut makin lama makin kecil. Biasanya pintu masuk menghadap arah baratPintu masuk candi Hindu biasanya menghadap arah barat. Pada bagian pintunya disertai kepala kala dengan rahang bagian bawah. Baca juga Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa Punden Berundak Nicholas Ryan Aditya Candi borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ciri khas candi Buddha Salah satu ciri khas utama dari candi Buddha ialah atapnya berbentuk stupa. Selain itu, candi Buddha juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu Digunakan sebagai tempat pemujaan dewaCandi Buddha sering digunakan sebagai tempat pemujaan atau penghormatan kepada dewa. Selain itu, candi Buddha juga dijadikan tempat peribadatan bagi warga Buddha, pada zaman dahulu. Pada candi Buddha terdapat arca Buddha dengan bentuk kesederhanaannyaDalam candi Buddha biasanya terdapat tiga jenis arca, yakni Dyani-Buddha, Manusi-Buddha, serta Dhyani-Bodisattwa. Ketiga arca ini melambangkan arca Buddha dalam bentuk kesederhanannya. Biasanya disimbolkan dengan sikap tangan atau mudra sebagai bentuk ajakan kemuliaan. Pada relief candi biasanya memiliki kisah tersendiriUmumnya relief candi Buddha menggambarkan kisah tertentu yang ingin disampaikan . Contohnya kisah dalam relief Candi Borobudur menggambarkan tentang perjuangan kehidupan manusia untuk meninggalkan sisi duniawinya. Struktur candi dibagi menjadi tiga bagianCandi Buddha memiliki tiga struktur candi, yakni Kamadhatu melambangkan manusia penuh dosa, Rupadhatu melambangkan kehidupan manusia yang penuh dengan hawa nafsu, dan Arupadhatu melambangkan manusia yang mencapai nirwana. Biasanya pintu candi menghadap timurPintu masuk candi Buddha biasanya menghadap timur. Pada bagian pintunya disertai kepala Kala dengan posisi mulut menganga tanpa rahang bawah. Bentuk bangunan candi Buddha biasanya lebih melebarCandi Buddha biasanya memiliki bentuk bangunan yang lebih melebar dan tidak terlalu tinggi. Contohnya Candi Borobudur. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Contohbangunan tersebut merupakan bentuk akulturasi budaya atau perpaduan antara budaya asli Indonesia dengan budaya Islam. Di masjid-masjid kuno di Indonesia banyak pula dijumpai tempat cuci kaki menyerupai “patirtan” pada candi-candi Hindu serta bentuk-bentuk pintu masuk yang menyerupai candi.
Kesultanan bentuk peninggalan asli Indonesia yg mirip dgn bangunan candi yakni​bentuk peninggalan orisinil Indonesia yg mirip dgn bangunan candi yaituBagaimana bentuk Candi Borobudur yg pembangunannya diilhami oleh bangunan asli Indonesia?Bagaimanakah bentuk candi-candi di Indonesia yg merupakan perpaduan bentuk candi di India & bangunan orisinil Indonesia ?​Bentuk peninggalan orisinil Indonesia yg mirip dgn bangunan candi yakni…. A. arca B. punden berundak C. dolmen D. Sarkofagus E. pura​ Jawabancandi borobudur, candi prambanan, & candi mendut Penjelasan bentuk peninggalan orisinil Indonesia yg mirip dgn bangunan candi yaitu Punden berundak. Itu peninggalan pada zaman megalithikum Bagaimana bentuk Candi Borobudur yg pembangunannya diilhami oleh bangunan asli Indonesia? Jawaban candi borobudur berbentuk persegi disusun memakai batu andesit yg berupa persegi Bagaimanakah bentuk candi-candi di Indonesia yg merupakan perpaduan bentuk candi di India & bangunan orisinil Indonesia ?​ Jawaban Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia kebanyakan merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha yg berasal dr India dgn unsur budaya Indonesia orisinil. Bangunan yg megah, patung-patung perwujudan tuhan atau sang Buddha, serta pecahan-serpihan candi & stupa yakni unsur-unsur dr India. Bentuk peninggalan orisinil Indonesia yg mirip dgn bangunan candi yakni….A. arcaB. punden berundakC. dolmenD. SarkofagusE. pura​ Jawaban Penjelasan alasannya pura bangunannya seperti dgn candi & bentuknya seperti dgn candi prambanan
Misalnyahiasan relief yang ada pada candi Prambanan menggambarkan kisah Ramayana. 6. Pengaruh Hindu Budha dalam Bidang Bangunan Pengaruh hindu budha dalam bidang bangunan di Indonesia yang sangat terlihat adanya candi dan stupa. Selain itu, ada juga beberapa bangunan lain yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan, antara lain : a.
Jakarta - Salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit di Karanganyar, Jawa Tengah memiliki bentuk yang cukup mencolok dibandingkan candi-candi lainnya. Itulah Candi Sukuh, yang bangunannya mirip dengan piramida Suku Maya di dalam laman Balai Pelestarian Cagar Budaya BPCB Provinsi Jawa Tengah, kompleks Candi Sukuh berada di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terletak di lereng barat Gunung Lawu, di ketinggian 910 meter dari permukaan Kepustakaan Candi Perpustakaan Nasional RI, orang yang menemukan Candi Sukuh adalah Johnson, Residen Surakarta pada 1815 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles. Candi ini kemudian diteliti oleh Van der Vlis di tahun Van der Vlis ini kemudian dibukukan dengan judul Prove Eener Beschritjen op Soekoeh en Tjeto. Hoepermans juga melanjutkan penelitian tersebut pada 1864-1867 dan dituliskan ke dalam buku Hindoe Oudheiden van Verbeek di tahun 1889 melakukan inventarisasi terhadap Candi Sukuh. Knebel dan WF. Stutterheim pun melanjutkan penelitian tentang Candi Sukuh ini pada Candi Sukuh Mirip dengan Piramida Suku Maya?Kembali pada BPCB Jawa Tengah, kompleks Candi Sukuh didirikan pada abad 15 Masehi di masa pemerintahan Ratu Suhita yang memimpin Kerajaan Majapahit pada 1429 hingga 1446. Tahun 1359 Saka diperkirakan adalah masa pembangunannya. Candi Sukuh berlatar belakang Hindu sekte candi ini menghadap ke arah barat dengan bangunan yang terdiri dari tiga teras. Tiga tingkatan teras adalah simbolisme tingkatan menuju Candi Perpusnas RI menyebutkan, Candi Sukuh mempunyai struktur bangunan yang berbeda dari candi Hindu pada umumnya di Jawa Tengah. Arsitektur candi tersebut bertolak dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, yaitu Wastu berdasarkan Wastu Widya adalah, candi harus punya denah dasar bujur sangkar dan tempat paling sucinya ada di tengah. Candi Sukuh mempunyai bentuk yang berbeda, diperkirakan karena dibangun saat pengaruh Hindu di Jawa mulai pengaruh Hindu ini diduga membangkitkan kembali elemen-elemen budaya setempat di zaman prasejarah era Megalitikum. Pengaruh era Megalitikum dapat dilihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh yang berupa teras punden berundak merupakan karakteristik khas bangunan suci di masa pra-Hindu. Bangunan pra-Hindu juga punya ciri khas lain, yakni tempat paling suci letaknya di posisi paling tinggi dan paling ahli memperkirakan, peninggalan Kerajaan Majapahit ini dibangun dengan tujuan pengruwatan atau menangkal kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang karena ciri tertentu yang ada padanya. Perkiraan ini didapat berdasarkan relief yang memuat cerita-cerita ruwat seperti Sudamala dan Garudheya serta arca kura-kura dan garuda. Simak Video "Bermain Air Menikmati Keindahan Air Terjun Grojogan Sewu Karanganyar" [GambasVideo 20detik] nah/lus
Beberapacontoh bentuk akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sebelunya adalah sebagai berikut. 1. Seni Bangunan a. Masjid dan Menara Seni bangunan yang berkembang pada jaman Indonesia masa Islam menunjukkan adanya peipaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah ada.
- Candi Borobudur merupakan situs arkeologi candi Buddha terbesar di dunia. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dibangun pada 824 masehi oleh Raja Samaratungga ketika masa Wangsa Syailendra. Selesai pada 847 masehi oleh Ratu Prabudawardhani, putri dasarnya Candi Borobudur adalah bangunan Indonesia asli yang berupa punden berundak. Bangunan punden berundak unsur asli Indonesia dalam pembuatan candi-candi kebudayaan Hindu-Buddha yaitu batu berundak. Dalam buku Bunga Rampai Sejarah Indonesia dari Borobudur hingga Revolusi Nasional 2019 karya Moehkardi, ditinjau dari segi bentuk dan fungsinya bangunan Candi Borobudur hakikatnya berupa bangunan bangunan suci agama Buddha yang dalam bentuk aslinya berbentuk kubah separuh bola yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung di atasnya. Baca juga Candi Borobudur Candi Terbesar di Dunia Stupa Borobudur telah mengalami perkembangan arsitektur, dikombinasikan dengan bangunan suci Indonesia pra Hindu yang disebut punden berundak. Punden berundak adalah bangunan sederhana berbentuk segi empat yang berundak-undak atau bertingkat-tingkat. Oleh karena itu, stupa Borobudur memiliki bentuk yang khas dan tidak ada duanya di negara Buddha mana pun. Bentukbentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Disamping itu kita juga dapat melihat peninggalan
Diatas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat
Untukmendapatkan informasi dan foto yang lebih lengkap tentang situs purbakala dan bangunan reruntuhan ini, silahkan mengakses https://www.tikalnationalpark.org. 17. Karnak Temple, Mesir . Kompleks Kuil Karnak yang berarti Desa Berbenteng, terdiri dari kuil, kapel, tiang-tiang megah dan bangunan lain yang sempat terbengkalai di dekat Luxor, Mesir. 3TkU3A9.
  • mwpau93g5d.pages.dev/23
  • mwpau93g5d.pages.dev/245
  • mwpau93g5d.pages.dev/460
  • mwpau93g5d.pages.dev/422
  • mwpau93g5d.pages.dev/353
  • mwpau93g5d.pages.dev/194
  • mwpau93g5d.pages.dev/121
  • mwpau93g5d.pages.dev/419
  • bentuk peninggalan asli indonesia yang mirip dengan bangunan candi yaitu